Mengembangkan Cinta Kasih
Akkodhena jine kodhaṁ, Asādhuṁ sādhunā jineJine kadariyaṁ dānena, Saccena alikavādinaṁ(Dhammapada 17:3)
Dalam beberapa bulan terakhir ini kita sering melihat dan mendengar berita-berita adanya perselisihan, sikap iri, saling menjatuhkan demi kepentingan diri mereka sendiri. Memang zaman sekarang orang sudah mulai lupa akan nilai-nilai kehidupan, seolah-olah hidup hanya untuk diri sendiri, dan mengabaikan orang lain. Tidak hanya itu, tetapi juga mengorbankan orang lain demi diri sendiri. Ini bukan barang aneh lagi, mungkin dapat dikatakan mulai menyebar luas. Kita dapat membayangkan apa yang terjadi jika nanti suatu saat semua orang lebih mementingkan diri mereka sendiri dan mengabaikan orang lain. Ketika nilai sosial tidak ada, akibatnya yang susah tambah susah, yang kuat tambah kuat. Di sinilah nanti akan muncul kejahatan dimana-mana, kekhawatiran dimana-mana.
Selain itu, saat ini orang memang memiliki cinta kasih, tetapi cinta kasih dalam diri seorang baru akan muncul kalau ada sesuatu yang dapat diharapkan. Istilahnya kalau saya cinta baru saya kasih, atau kasih akan kuberikan kalau saya cinta. Jadi, kalau saya tidak cinta tentu tidak mungkin saya kasih. Cinta kasih ini bukan universal lagi, tetapi sudah menggunakan syarat.
Apa Penyebabnya?
Dari fenomena di atas yang menjadi penyebab adalah kurang tepatnya dalam mendefinisikan arti kebahagiaan. Mengapa dihubungkan dengan kebahagiaan. Kita coba pahami bahwa setiap orang berperilaku pasti ada tujuannya, dan tujuan dari perilaku kita adalah bagaimana supaya kita bahagia. Orang yang mengorbankan atau mengabaikan orang lain pasti ada tujuan agar dirinya bahagia. Cinta kasih yang bersyarat itu juga memiliki tujuan agar dirinya bahagia. Maka kebahagian dalam hidup kita juga harus didefinisikan kembali agar tidak bersekutu dengan pandangan salah.
Pada umumnya orang memahami bahwa bahagia itu kalau mendapat, maka orang berpikir mendapat-mendapat agar bahagia. Sebetulnya bukannya tidak boleh mendapat, tetapi jangan sampai mendapatkannya dengan merugikan orang lain. Karena pengertian ini, akibatnya orang akan menjadi serakah, sehingga lupa dengan yang lainnya. Hal ini juga dipengaruhi adanya pengalaman sebelumnya, misalnya
pernah merasa bahagia saat mendapat sesuatu yang kecil, akibatnya agar lebih bahagia lagi tentu harus mendapat yang lebih besar, sehingga meyakini bahwa yang namanya bahagia itu kalau mendapat. Inilah yang menyebabkan tidak adanya cinta kasih.
Selain itu, perselisihan, sikap iri, dengki, dan tidak adanya cinta kasih disebabkan adanya kebencian. Kebencian ini disebabkan karena tidak tercapainya apa yang diharapkan. Ketika seseorang berpikir mendapat, tetapi tidak tercapai, orang pada umumnya mulai berselisih, dengki, dan berusaha melakukan apa saja untuk mengganggu orang lain. Inilah yang menyebabkan tidak adanya cinta kasih.
Pengembangan cinta kasih
Sang Buddha mengajarkan kita untuk mengembangkan cinta kasih. Dunia yang kita tempati ini akan harmoni dan damai, tentu harus ditunjang oleh manusia yang penuh cinta kasih. Cinta kasih dalam diri kita dapat kita mulai dari pikiran kita; ketika pikiran kita memiliki pengertian tentang betapa bermanfaatnya cinta kasih. Cinta kasih ini akan dapat kita laksanakan, pelaksanaan cinta kasih dapat kita mulai dengan mengucapakan Semoga semua makhluk hidup berbahagia setiap kali dalam diri kita. Jika hal ini sering kita lakukan akan menumbuhkan cinta kasih itu menjadi sebuah tindakan yang nyata.
Cinta kasih akan tampak menjadi perilaku. Bentuk cinta kasih ini ada dalam Karaniyametta Sutta; jujur, tulus, mudah dinasehati, lemah-lembut, tidak sombong, merasa puas atas yang dimiliki, mudah dirawat, tidak repot, bersahaja hidupnya, ber-indria tenang, penuh pertimbangan, sopan, tidak melekat pada keluarga, dan lain-lain. Semuanya ini adalah pelaksanaan, yang dikembangkan. Dengan mengembangkan dan melaksanakan perilaku cinta kasih dunia kita akan damai dan harmoni. Jadi apabila ini dilakukan tidak hanya menghantarkan kita menuju kebahagiaan tetapi juga menghantarkan orang lain lain menuju ke kebahagiaan juga.
Manfaat Pengembangan Cinta Kasih
Dalam A?guttara Nik?ya (XI,16) dinyatakan: Jika, O Para Bhikkhu, pembebasan pikiran dengan cinta kasih dikembangkan dan ditumbuhkan, sering dilatih, dijadikan kendaraan dan landasan seseorang, ditegakkan dengan mantap, disatukan, dan dijalankan dengan tepat, maka ada sebelas berkah yang bisa diharapakan. Apakah yang sebelas itu; dia tidur dengan tenang; dia tidak bermimpi buruk; dia dicintai oleh manusia; dia dicintai oleh makhluk bukan manusia; dia akan dilindungi oleh para dewa; api, racun, dan senjata tidak dapat melukainya; pikiran penuh konsentrasi; kulit wajahnya jenih; dia akan meninggal dengan tidak bingung; dan jika tidak menembus yang lebih tinggi, dia akan lahir di alam brahma.
Dengan memahami bahaya dari tidak adanya cinta kasih dan manfaat dari cinta kasih ini, marilah dalam kehidupan ini, kita kembangkan dan praktikkan cinta kasih, sehingga kehidupan di bumi ini damai, bahagia, dan tentram.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia