TIGA JENIS KESAKTIAN (Kevaddha Sutta, D?gha Nik?ya)
Kesaktian kekuatan batin (iddhi pāṭihāriya),kesaktian baca pikiran/telepati (ādesanā pāṭihāriya)dan kesaktian pengajaran, memberi nasehat, petunjuk (anusāsani pāṭihāriya).’
Demikianlah yang kudengar. Suatu ketika Sang Buddha menetap di Nalanda, di kebun Mangga Pavarika. Dan perumah tangga Kevaddha datang menemui Sang Buddha, bersujud di depan Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian ia berkata: Bhante, Nalanda ini kaya, makmur, ramai, dan dipenuhi umat Buddha. Baik sekali jika Bhante mengijinkan para bhikkhu untuk menunjukkan kesaktian dan mukjijat. Dengan demikian, Nalanda akan lebih banyak umat Buddha.
Sang Buddha menjawab: Kevaddha, itu bukanlah cara Aku mengajarkan Dhamma kepada para bhikkhu, dengan mengatakan: Pergilah para bhikkhu, dan perlihatkanlah kesaktian dan mukjijat demi mendapatkan pengikut yang banyak.
Untuk kedua kalinya, Kevaddha berkata: Bhante, aku tidak memaksa, tapi aku akan tetap mengatakan: Nalanda ini kaya, makmur, ramai, dan dipenuhi umat Buddha. Baik sekali jika Bhante mengijinkan para bhikkhu untuk menunjukkan kesaktian dan mukjijat. Dengan demikian, Nalanda akan lebih banyak umat Buddha. Dan Sang Buddha menjawab seperti sebelumnnya.
Ketika Kevaddha mengulangi permohonan untuk ke tiga kalinya, Sang Buddha berkata: Kevaddha, ada tiga jenis kesaktian yang Ku-nyatakan, setelah mencapainya dengan pandangan terang-Ku sendiri. Apakah tiga jenis itu? Kesaktian kekuatan batin (iddhi p??ih?riya), kesaktian baca pikiran/telepati (?desan? p??ih?riya), dan kesaktian pengajaran, memberi nasehat, petunjuk, (anus?sani p??ih?riya).
Apakah kesaktian kekuatan batin? Di sini, seorang bhikkhu memperlihatkan berbagai kesaktian dalam berbagai cara. Dari satu menjadi banyak, dari banyak menjadi satu, terbang di udara, menyelam ke dalam bumi, berjalan di atas air, dan sebagainya. Dan seseorang yang memiliki keyakinan buta melihatnya melakukan ini.
Ia memberitahukan hal ini kepada orang lain yang berpandangan skeptis (penuh keraguan/berpikir kritis) dan tidak mudah percaya, dengan mengatakan: sungguh hebat, sungguh menakjubkan, kesaktian dan mukjijat bhikkhu itu dan orang skeptis itu akan berkata: Sahabat, ada sesuatu yang disebut jimat Gandhara. Dengan jimat ini bhikkhu itu bisa menunjukkan kesaktian kekuatan batin Bagaimana menurutmu, Kevaddha, tidak mungkinkah orang skeptis mengatakan hal itu kepada orang yang percaya membuta?. Mungkin saja Bhante. Dan itulah sebabnya, Kevaddha, melihat bahaya kesaktian demikian, Aku tidak menyukai, menolak, dan mencela mereka.
Dan apakah kesaktian baca pikiran? Di sini, seorang bhikkhu membaca pikiran makhluk-makhluk lain, pikiran orang lain, membaca kondisi batin mereka, pikiran dan renungan mereka, dan mengatakan: Pikiranmu seperti ini, kecenderunganmu seperti ini, hatimu seperti ini. Dan seseorang yang memiliki keyakinan buta melihatnya melakukan ini.
Ia memberitahukan hal ini kepada orang lain yang berpandangan skeptis (penuh keraguan/berpikir kritis) dan tidak mudah percaya, dengan mengatakan: sungguh hebat, sungguh menakjubkan, kesaktian dan mukjijat bhikkhu itu dan orang skeptis itu akan berkata: Sahabat, ada sesuatu yang disebut jimat Manika. Dengan itu bhikkhu itu membaca pikiran orang lain Dan itulah sebabnya, Kevaddha, melihat bahaya kesaktian demikian, Aku tidak menyukai, menolak dan mencela mereka.
Dan apakah kesaktian pengajaran? Di sini, Kevaddha, seorang bhikkhu memberikan pengajaran sebagai berikut: Perhatikan seperti ini, jangan perhatikan seperti itu, arahkan pikiranmu seperti ini, bukan seperti itu... Inilah, Kevaddha, yang disebut kesaktian pengajaran. Inilah kesaktian yang telah saya mengerti dan realisasikan serta telah saya ajarkan kepada orang lain.
Empat Macam Mentalitas
Dalam Kitab Suci A?guttara Nik?ya, Kelompok Empat, Sang Buddha menjelaskan ada empat macam mentalitas manusia:
1. Uggha?itau: mentalitas orang jenius, sedikit saja mendengar ajaran akan mampu memahaminya, seperti bunga teratai yang kelopaknya sudah muncul di atas air, besok matahari terbit maka ia
akan mekar dengan indah.
2. Vipacitau: Orang cerdas, dibutuhkan pengajaran yang lebih panjang, baru orang ini akan memahami ajaran, seperti bunga teratai yang masih sedikit di bawah permukaan air, butuh waktu 2 atau 3 hari baru ia akan muncul dan mekar dengan indah.
3. Neyya puggala: orang yang dapat dilatih, pengajaran perlu lebih panjang & mendetail baru orang ini akan memahami, seperti bunga teratai kelopaknya sudah terbentuk, tetapi masih butuh waktu beberapa hari lagi baru akan muncul dan mekar.
4. Padaparama puggala: orang yang tidak dapat dilatih sebanyak, sepanjang, dan sedetail apapun ajaran disampaikan. Orang ini tidak akan memahami, seperti bunga teratai yang baru bertunas tetapi langsung dimakan ikan atau kura-kura, ia tidak akan muncul dan mekar karena kebodohannya yang begitu kuat.
Sumber :
- D?gha Nik?ya, Dhammacitta Press
- A?guttara Nik?ya 2,135