Dengan Pengendalian Diri Masalah-Masalah Dapat Diselesaikan
“Uṭṭhānenappamādena, saññamena damena cadīpaṁ kayirātha medhāvī, yaṁ ogho nābhikīrati”Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin dan pengendalian diri,hendaknya orang bijaksana membuat pulau bagi dirinya sendiriyang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir.(Dhammapada Appāmada Vagga, 25)
Dalam hidup ini sering kita jumpai masalah-masalah yang sedang dihadapi. Baik masalah yang mudah diselesaikan ataupun masalah yang sulit diselesaikan. Masalah-masalah ini harus diselesaikan bukan untuk dihindari atau menyalahkan orang lain. Setiap masalah yang timbul pasti ada kondisi atau faktor pendukung lainnya. Masalah ini tidak timbul secara spontan, pasti ada faktor penyebabnya. Salah satu faktor penyebab munculnya masalah adalah materi atau jasmani serta materi lainnya yang ditemukan dalam diri sendiri maupun pada orang lain.
Setiap orang sulit sekali dapat terhindar dari masalah-masalah yang sedang dihadapi. Sebenarnya kalau kita renungkan, sesungguhnya di balik masalah itu ada pembelajaran berharga yang menuntun kita menuju kedewasaan dan kematangan mental ini. Masalah-masalah yang datang menghampiri kita bukan sesuatu yang harus ditakuti, tetapi yang perlu ditakuti sebenarnya kalau di dalam mental ini tidak ada keberanian dalam menghadapi masalah tersebut. Masalah seberat apapun yang datang menghampiri kita, kalau di sana timbul kesiapan mental dalam menghadapinya pasti dapat diselesaikan.
Yang dibutuhkan dalam menghadapi masalah adalah kesiapan mental ini dalam bentuk pengendalian diri (sa?vara). Di dalam Visuddhimagga S?laniddesa Pa?hamabh?ga 8; Saddhammapakasini Patisambhi-damagga 16 (Vis. Si. Pa. 8; Sad. Pati. 16), dijelaskan secara umum, istilah sa?vara berarti menutup suatu aliran yaitu aliran pikiran-pikiran yang tidak baik atau jahat.
Ada lima cara praktik pengendalian diri (sa?vara) yang harus dikembangkan dalam mental seseorang, yaitu:
1.Pengendalian diri melalui perilaku yang baik (s?la sa?vara)
Secara nyata mengingatkan kita untuk memiliki pengendalian terhadap pikiran, ucapan, dan tindakan sesuai dengan aturan atau disiplin yang berlaku di dalam masyarakat atau sekelompok orang-orang tertentu. Dengan moral yang baik sebagai seorang umat Buddha, kita dapat mengembangkan sifat luhur yang ada di batin ini, seperti; cinta kasih, belas kasih, simpati, dan keseimbangan batin. Perbuatan baik ini berguna bagi diri sendiri maupun orang lain dan didasari oleh pengertian yang benar tanpa mengharap balas jasa.
2.Pengendalian diri melalui kesadaran (sati sa?vara)
Sadar dan waspada setiap saat, tidak terpengaruh oleh kenikmatan indra, sewaktu melihat melalui mata, mendengar melalui telinga, mencium melalui hidung, mengecap melalui lidah, menyentuh melalui tubuh dan berpikir melalui pikiran. Saat terjadi kontak dengan objek ini tidak menimbulkan keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin. Ketika timbul stres, kesal, kecewa, marah, benci, putus asa, cemas, cemburu dan sebagainya muncul di dalam batin harus disadari, tidak lengah dalam situasi apapun. Inilah sisi dari pengendalian diri melalui kesadaran.
3.Pengendalian diri melalui pandangan terang (??a sa?vara)
Merenungkan manfaat dari empat kebutuhan pokok dalam kehidupan ini, seperti; pakaian, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan serta tujuan sebenarnya dalam menggunakannya, tidak terseret oleh keinginan indra yang berlebihan. Mampu menimbulkan pandangan terang yang telah dicapai saat berhubungan langsung dengan materi atau saat masalah-masalah tersebut datang dalam hidup ini.
4.Pengendalian diri melalui ke-sabaran (khanti sa?vara)
Orang yang sabar dapat menahan diri dari berbagai masalah-masalah, tidak mudah marah, emosi dan selalu membawa kedamaian dimanapun dia berada. Sabar berarti bisa menerima segala persoalan dengan lapang dada, tidak mudah menyerah, panik, kecewa, dan dapat mengendalikan indranya dengan baik. Masalah apapun dapat diselesaikan dengan baik melalui kesabaran.
5.Pengendalian diri melalui usaha atau semangat (viriya sa?vara)
Selalu berusaha dan bersemangat dalam mengendalikan pikiran-pikiran yang tidak baik dan mengembangkan pikiran-pikiran yang baik.
Ada 4 cara usaha atau semangat, yaitu;
1.Meningkatkan perbuatan baik yang sudah ada.
2.Menimbulkan perbuatan baik yang belum ada.
3.Meninggalkan perbuatan buruk yang sudah ada.
4.Tidak menimbulkan perbuatan buruk yang belum ada.
Dengan usaha yang tekun dan semangat praktik Dhamma akan meningkatkan mental yang baik dalam hidup ini.
Lima pengendalian diri diibaratkan seperti sebilah pisau yang tajam. Saat diberikan kepada seseorang, apakah mereka mau menerima atau tidak, semua itu terserah kepada mereka. Ketika masalah-masalah muncul di hadapan mereka dalam hidup ini, bagi mereka yang mau menerima bisa memotong masalahnya dengan pisau ini. Tetapi bagi mereka yang membuang pisau itu, saat terjadi masalah-masalah dalam hidupnya akan menemui hambatan dalam penyelesaiannya, sebab mereka tidak mempunyai senjata untuk memotong masalah tersebut. Pisau yang digunakan dengan baik, seperti orang yang bijaksana dapat mengendalikan hawa nafsu diri sendiri, Bait terakhir dari lirik lagu Kebijaksanaan.
Sumber:
-Dhammapada Penerbit Bahussuta Society
-Dhamma Vibhaga Penerbit Vidyasena