SUDAHKAH SAYA BERBUAT BAIK HARI INI?
Setiap hari kita memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam sehari. Waktu tersebut diisi dengan berbagai kegiatan, seperti: bekerja, belajar, beristirahat, mengurus rumah tangga, melakukan kegiatan sosial, dan lain sebagainya. Setiap hari kita beraktivitas dari pagi hingga malam hari, bahkan tidak jarang seseorang merasa satu hari terasa begitu cepat berlalu. Lalu, dalam sela-sela kegiatan tersebut, pernahkah kita merenung: “Sudahkah saya mengisi hari ini dengan perbuatan baik?” atau jangan-jangan setiap hari kita menjalani hari tanpa pernah berpikir untuk mengisinya dengan kebaikan?
Buddha mengajarkan kepada para siswa tentang pentingnya berbuat baik dan mengulang perbuatan baik tersebut sampai menjadi kebiasaan. Tentu hal tersebut bukan tanpa dasar. Ketika seseorang melakukan satu kebaikan, itu berarti ia telah menanam satu benih kebajikan (kamma baik). Benih kebajikan tersebut akan berbuah kebahagiaan baik pada kehidupan saat ini maupun pada kehidupan yang akan datang. Semakin banyak dan semakin sering seseorang melakukan kebaikan tersebut, berati semakin banyak dan semakin besar pula buah kebahagiaan yang akan ia petik. Sesuai dengan benih yang ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya; pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula.
Tiga cara membuat jasa kebajikan
Buddha menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan seseorang untuk membuat jasa kebajikan. Dalam Kitab Suci A?guttara Nikaya 8:36, Buddha menjelaskan ada tiga cara untuk membuat jasa kebajikan. Apakah tiga cara itu? (1) membuat jasa kebajikan dengan berdana (d?na), (2) membuat jasa kebajikan dengan moralitas (s?la), (3) dan membuat jasa kebajikan dengan meditasi (bh?vana).
D?na, s?la, dan bh?vana adalah beberapa contoh Dhamma yang bisa kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bila kita mau, kita bisa mempraktikkannya setiap hari. Untuk bisa praktik Dhamma dengan benar, pertama-tama tentu kita harus memahami ajaran tersebut. Setelah memahami dengan benar, barulah kita bisa mempraktikkannya dengan benar.
Selain itu, dalam melaksanakan perbuatan baik, kita bisa melakukannya dengan tiga cara, yaitu: (1) perbuatan baik melalui tubuh jasmani (kusala k?ya kamma), (2) perbuatan baik melalui ucapan (kusala vac? kamma), dan (3) perbuatan baik melalui pikiran (kusala mano kamma). Contoh perbuatan baik melalui tubuh jasmani antara lain: tidak membunuh makhluk hidup, senantiasa mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang kepada semua makhluk, tidak mencuri, senantiasa mengembangkan kemurahan hati, dan tidak berbuat asusila/selingkuh, senantiasa mengembangkan kesetiaan kepada pasangan hidup.
Contoh perbuatan baik melalui ucapan antara lain: tidak berbohong/berbicara menipu yang merugikan, tidak mengucapkan kata-kata fitnah/mengadu domba, tidak mengucapkan kata-kata kasar, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak berguna/omong kosong, dan selalu berusaha untuk mengembangkan kejujuran. Contoh perbuatan baik melalui pikiran antara lain: tidak memiliki pikiran yang dipenuhi ketamakan/keserakahan (alobha), tidak memiliki pikiran yang dipenuhi dengan kebencian (adosa), tidak memiliki pandangan yang salah (amoha). Serta melatih sam?dhi atau bermeditasi, memiliki niat yang baik dengan selalu mengharapkan orang lain bahagia, dan ikut berbahagia atas keberhasilan/kebahagiaan orang lain.
Hari yang bahagia setelah berbuat baik
Dalam Kitab Suci A?guttara Nikaya 3:155, Buddha menjelaskan bahwa hari yang baik dan bahagia akan menjadi milik seseorang apabila ia mengisi hari-harinya dengan kebajikan. Para bhikkhu, makhluk-makhluk yang melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran di pagi hari memiliki pagi yang baik. Makhluk-makhluk yang melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran di sore hari memiliki sore yang baik. Dan makhluk-makhluk itu yang melakukan perbuatan baik melalui jasmani, ucapan, dan pikiran di malam hari memiliki malam yang baik.
Hari yang baik adalah milik mereka yang senantiasa mengisi hari dengan kebaikan. Menyisihkan waktu yang dimiliki untuk berbuat baik. Meskipun setiap hari memiliki tugas dan kewajiban, namun ia senantiasa mengingatkan diri sendiri untuk berbuat baik. Dengan penuh keyakinan dan disertai perasaan senang melakukan kebaikan kapan pun ada kesempatan. Pagi hari, sore hari, dan malam hari yang baik adalah milik mereka yang hidupnya diisi dengan melakukan kebaikan.
Kebaikan tidak mendatangkan penyesalan
Melakukan kebaikan tidak mendatangkan penyesalan, tetapi justru menambah kebahagiaan. Dalam Kitab Suci Ittivuttaka, Buddha menjelaskan bahwa perbuatan baik tidak akan mendatangkan penyesalan. Ketika seseorang berpikir dalam dirinya saya tidak melakukan apa yang buruk, maka tidak akan ada penyesalan dalam dirinya dan ketika ia berpikir saya telah melakukan apa yang baik, maka ia tidak akan ada penyesalan dalam dirinya. Inilah salah satu manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh mereka yang gemar melakukan kebaikan: hidupnya senantiasa bahagia dan tanpa penyesalan.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mengingatkan kepada diri kita masing-masing untuk dapat meluangkan waktu yang kita miliki untuk berbuat baik. Melakukan kebaikan melalui tubuh jasmani, ucapan, dan pikiran. Semakin banyak kebaikan yang kita lakukan, semakin banyak benih kebajikan yang kita tanam, dan mengkondisikan kita semakin jauh dari penyesalan.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Sumber:
-
R?javar?c?riya. 2011. Kitab Suci Dhammapada. Terjemahan oleh R?javar?c?riya. 2013. Singkawang Selatan: Bahussuta Society.
-
Bodhi. 2015. A?guttara Nik?ya K