Perumpamaan Buah Mangga
Appakā te manussesu, ye janā pāragāmino,athāyaṁ itarā pajā, tīramevānudhāvati.“Di antara umat manusia, hanya sedikit yang dapat mencapai pantai seberang; sebagian besar hanya berjalan hilir mudik di tepi sebelah sini.”(Dhp. 85 Paṇḍita-Vagga)
Buah-buahan merupakan salah satu bagian dari empat sehat lima sempurna. Banyak orang mengkonsumsi buah-buahan demi memenuhi kebutuhan tubuh mereka. Hal ini dikarenakan manfaat dari buah-buahan banyak mengandung berbagai macam vitamin yang berperan penting menjaga kesehatan tubuh kita. Dengan terpenuhinya vitamin tersebut, maka metabolisme tubuh kita akan membentuk yang namanya antibodi. Antibodi inilah yang membuat daya tahan tubuh kita menjadi kuat sehingga tidak gampang sakit.
Berbicara tentang buah-buahan, Indonesia adalah negara yang tidak kalah dengan negara lainnya. Hal ini dikarenakan Indonesia kaya dengan hasil bumi dan hasil alamnya yang melimpah ruah. Selain itu, tekstur tanah yang dimiliki Indonesia sangatlah subur, dengan demikian tidak heran tanah tersebut sangat mudah untuk ditanami berbagai jenis buah-buahan maupun sayuran lainnya. Buah yang sering kita jumpai sangatlah beragam jenisnya, misalnya buah pisang, nanas, stroberi, sirsak, anggur, manggis, apel, dan masih banyak yang lainnya.
Dari berbagai macam jenis buah yang disebutkan di atas, ada satu buah yang cukup populer di kalangan masyarakat kita yaitu buah MANGGA. Buah mangga memanglah cukup terkenal, selain rasanya yang nikmat, buah mangga juga banyak mengandung vitamin C yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Mengkonsumsi buah mangga memanglah nikmat, apalagi mangga tersebut dalam keadaan matang yang sempurna.
Dalam memilih mangga kita hendaknya berhati-hati, hal ini dikarenakan banyak orang-orang menjual berbagai jenis mangga tetapi belum tahu apakah mangga itu matang sungguhan atau belum matang sama sekali. Oleh karena itu, dalam memilih mangga jangan hanya melihat dari kualitas luarnya saja yang tampak menggiurkan, akan tetapi kita juga harus memperhatikan kualitas dalamnya juga. Begitu pula apa yang disampaikan oleh Sang Buddha dalam A?guttara Nik?ya 4.105, yang di mana Sang Buddha menyatakan ada empat jenis perumpamaan buah mangga yang dapat dikategorikan sebagai orang lain. Apakah empat itu?
1.Ada jenis mangga yang belum matang tetapi tampak matang.
2.Ada jenis mangga yang matang tetapi tampak belum matang.
3.Ada jenis mangga yang belum matang dan tampak belum matang.
4.Ada jenis mangga yang matang dan tampak matang.
Mangga pertama di sini diibaratkan kita pergi ke suatu pasar ingin membeli sebuah mangga. Ketika sampai di pasar kita pun menemukan penjual mangga dengan dagangannya. Di sana terdapat berbagai macam jenis buah mangga seperti mangga madu, arumanis, manalagi, mangga golek, dan sebagainya. Jika dilihat dari segi kualitas penampilan luar sangatlah bagus dan menarik. Beberapa menit kemudian kita pun membeli mangga tersebut tanpa mengetahui isi dalamnya seperti apa. Ketika sampai di rumah, mangga tersebut pun dikupas, disajikan dan kemudian kita makan. Lalu apa yang terjadi? Ternyata mangga tersebut tidak sesuai harapan kita. Kita akan mengira mangga tersebut sangatlah manis dan gurih, akan tetapi pada kenyataannya mangga tersebut bukanlah manis, melainkan rasa asam. Mangga yang terlihat bagus dan menarik dari luar belum tentu dikatakan matang, bisa saja tampak dari luar matang, tetapi dari dalamnya belum benar-benar matang. Hal ini diumpamakan seseorang yang sering menginspirasi keyakinan (berbicara Dhamma), tetapi belum memahami empat kebenaran mulia (Catt?ri Ariyasacc?ni). Ini adalah jenis mangga yang pertama, mangga yang belum matang tetapi tampak seperti matang. Sebaliknya, mangga yang kedua terlihat matang, akan tetapi tampak seperti belum matang. Inilah perumpama-an jenis mangga yang pertama dan kedua.
Jenis mangga ketiga adalah jenis mangga yang paling tidak disukai oleh orang banyak. Hal ini dikarenakan mangga tersebut dijual dengan harga murah tetapi dengan kualitas buruk. Jika seandainya harga mangga tersebut murah kemudian kualitas bagus sudah tentu orang banyak yang membelinya. Akan tetapi, karena mangga jenis ini memiliki harga murah tetapi kualitas luar dan dalam buruk tidak akan ada yang membelinya. Hal tersebut dapat diumpamakan seseorang yang tidak menginspirasi keyakinan dan juga tidak memahami empat kebenaran mulia. Ini adalah jenis mangga yang ketiga, mangga yang belum matang dan tampak belum matang. Sedangkan mangga yang keempat adalah jenis mangga yang baik dan paling terbaik. Hal ini dikarenakan mangga tersebut dijual dengan harga murah tetapi kualitas tidak murahan, begitu pula di sini diibaratkan seseorang yang sering menginspirasi keyakinan dan juga telah memahami empat kebenaran mulia. Inilah jenis mangga yang keempat, mangga yang matang dan tampak matang. Dari keempat jenis mangga di atas, jenis mangga keempat adalah yang baik dan paling terbaik.
Kesimpulan
Menjadi mangga yang pertama memanglah baik dan menjadi manggga kedua juga sangat baik. Akan tetapi, janganlah menjadi mangga yang ketiga sudah tentu tidak baik. Dan yang baik dan paling terbaik dari semua jenis mangga, jenis mangga keempatlah yang paling terbaik di antara yang baik dan paling tidak baik. Hal ini karenakan jenis mangga keempat dapat diumpamakan seseorang yang sering menginspirasi (berbicara Dhamma) dan juga me-nembus empat kebenaran mulia.
Referensi:
Kitab Suci Dhammapada (The Buddhas path of Wisdom), terbitan Bahussuta Society)
A?guttara Nik?ya (Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha, terbitan DhammaCitta Press