KESEMPATAN BERBUAT BAIK
Sukarārani asādhūni, attano ahitāni ca;yaṁ ve hitañca sādhuñca, taṁ ve paramadukkaraṁ.Sungguh mudah untuk melakukan hal-hal yang buruk dan tak bermanfaat,tetapi sungguh sulit untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat untuk diri sendiri.(Kitab suci Dhammapada syair 163)
Sekarang ini adalah kehidupan kita yang terbaik dari kehidupan-kehidupan kita sebelumnya. Mengapa demikian? Karena kehidupan-kehidupan sebelumnya kita telah gagal meraih dan mencapai Dhamma. Tetapi saat ini, kita mempunyai kesempatan untuk berlatih dan berjuang lebih giat lagi untuk meraih dan mencapainya. Apalagi kehidupan yang kita miliki saat ini, di mana kita terlahir sebagai manusia dan bisa bertemu dengan Dhamma Sang Buddha, dapat bertahan hidup atau tidak dalam keadaan kekurangan atau cacat, sehingga kita bisa belajar dan mendengarkan Dhamma yang dapat menuntun kita mencapai kebebasan. Maka, kesempatan ini jangan sampai disia-siakan dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna.
Kehidupan kita sebagai manusia ini tidak bertahan lama, semakin hari usia semakin tua, semakin mudah terserang penyakit, dan kita semakin dekat dengan kelapukan. Maka, tidak ada alasan untuk tidak melakukan latihan berbuat baik. Jangan karena alasan masih banyak tugas kantor, masih banyak pekerjaan di rumah, masih terlalu muda, ataupun sudah terlalu tua yang mengakibatkan kita tidak latihan berbuat baik.
Perlu disadari bahwa mereka yang terlahir di alam-alam yang membahagiakan disebabkan oleh perbuatan baik masa lalu, perbuatan baik seperti berdana, menjaga moralitas, dan bermeditasi. Perbuatan-perbuatan baik itulah yang menjadi penyebab mereka terlahir di alam yang bahagia. Di sisi lain, perbuatan buruk menjadi kondisi untuk terlahir di alam-alam menyedihkan seperti alam binatang, hantu kelaparan, atau neraka.
Tentu kita tidak ingin terlahir di sana menjadi binatang, hantu, atau menjadi makhluk neraka. Karenanya, kita harus berbuat kebaikan. Kebaikan itu membutuhkan latihan setiap saat, seperti latihan melepas, latihan menjaga dan mengendalikan moralitas, serta latihan meditasi. Tetapi kalau keburukan tidak perlu dilatih, karena kita sudah mahir melakukannya sejak kehidupan-kehidupan sebelumnya, seperti membunuh, mencuri, berzina, berbohong, dan mabuk.
Sang Buddha sudah memberikan nasihat untuk selalu menghindari kejahatan dan menambah kebaikan, seperti dalam khotbah yang terdapat di dalam A?guttara Nik?ya, Beliau mengatakan:
---Tinggalkanlah kejahatan, O para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat meninggalkan kejahatan. Seandainya saja manusia tidak mungkin meninggalkan kejahatan, aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi karena hal itu dapat dilakukan, maka kukatakan, "Tinggalkanlah kejahatan!"
Seandainya saja meninggalkan kejahatan ini akan membawa kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menganjurkan kalian meninggalkan kejahatan. Tetapi karena meninggalkan kejahatan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, maka kukatakan "Tinggalkanlah kejahatan!"
Kembangkanlah kebaikan, O para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat mengembangkan kebaikan. Seandainya saja manusia tidak mungkin mengembangkan kebaikan, maka aku tidak akan menganjurkan kalian melakukannya. Tetapi karena hal itu dapat dilakukan, maka kukatakan, "Kembangkanlah kebaikan!"
Seandainya saja pengembangan kebaikan ini akan membawa kerugian dan penderitaan, aku tidak akan menganjurkan kalian mengembangkannya. Tetapi karena mengembangkan kebaikan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan, maka kukatakan, "Kembangkanlah kebaikan!"---
Sebagai manusia, kita memiliki potensi kejahatan dan kebaikan, namun kembali pada diri kita memilih yang mana. Sang Buddha menyatakan dengan tegas untuk meninggalkan kejahatan demi kebahagiaan dan kesejahteraan. Kita tidak cukup hanya dengan meninggalkan kejahatan saja, tetapi harus melanjutkan dengan mengembangkan kebaikan terus-menerus. Berbuat baik bisa dengan latihan berdana, menjaga moralitas, dan bermeditasi. Latihan-latihan seperti itu bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, tanpa harus menunggu hari Minggu.
Berdana adalah latihan melepas, berdana tidak hanya tentang memberi materi, juga bisa dengan cara berbagi pikiran yang baik, ucapan-ucapan yang baik, dan tindakan-tindakan yang baik. Sebagai contoh; ketika sebelum latihan meditasi kita bisa memancarkan cinta kasih kepada orang lain dan bahkan makhluk lain, itupun adalah berbagi, ataupun memberikan nasihat-nasihat yang baik sehingga orang lain berubah menjadi orang baik, itupun adalah memberi.
Latihan menjaga moralitas (s?la) merupakan pedoman dasar sebagai umat Buddha. S?la merupakan acuan dasar dalam berpikir yang baik, berucap yang baik, dan bertindak yang baik. Sebagai umat Buddha yang menjalankan lima s?la, mesti harus dilatih setiap saat, sehingga dengan latihan s?la, setiap saat akan menjadikan kita untuk selalu mengembangkan cinta kasih, memiliki mata pencaharian yang benar, mudah merasa puas, selalu jujur, memiliki perhatian dan pengertian benar.
Meditasi sebagai upaya pemusatan pikiran pada salah satu objek tertentu. Meditasi selain untuk ketenangan batin juga untuk mencapai pandangan terang yang diharapkan oleh Sang Buddha. Mengapa kita perlu meditasi? Karena pikiran kita selalu berkeliaran ke sana kemari sehingga menyebabkan munculnya nafsu keinginan, lobha, dosa, dan moha. Oleh karena itu, kita harus latihan, tidak perlu menunggu liburan atau ketika pada saat retreat saja, tetapi meditasi bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Meditasi akan lebih berhasil bila didukung dengan s?la perilaku baik. Sebaliknya, tanpa meditasi, s?la tidak dapat dilaksanakan secara baik.
Referensi:
______. 2012. Dhammapada. Diterjemahkan oleh: Phra Rajavaracariya, Buddharakkhita, Dhammavaro. Tanpa Kota: Bahussuta Society.
anamoli dan Bodhi. 2003. Petikan A?guttara Nik?ya. Klaten: Vih?ra Bodhivamsa Wisma Dhammguna.