MEMPERBAHARUI PERILAKU DI TAHUN BARU
Punnance puriso kayira, kayira nam punappunam.
Tamhi chandam kayiratha, sukho punnassa uccayo.
Apabila seseorang berbuat bajik, hendaklah dia mengulangi perbuatannya itu dan bersuka cita dengan perbuatannya itu.
Sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik.
(Dhammapada, IX: 118)
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Hidup Dalam Ketakutan
Tidak terasa kita sudah melewati tahun 2020, dan sekarang sudah memasuki tahun baru 2021. Selama kurang lebih 365 hari kita jalani di tahun 2020 dengan pengalaman penuh ketakutan, kecemasan, dan kekhawatiran karena Virus Corona yang melanda dunia dan mengancam keselamatan Manusia. Kita bertarung dalam kondisi lingkungan yang awalnya bersahabat, tetapi sekarang membahayakan kesehatan dan semua diuji kekuatan fisik dan mentalnya. Hal ini membuktikan bagaimana sifat dari kehidupan. Seperti apa yang guru Agung kita Sang Buddha sabdakan "segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal adanya" (Dhammapada XX: 277). Sesuatu yang berkondisi akan mengalami perubahan yang tidak diduga-duga, cepat ataupun lambat pasti akan terjadi perubahan.
Dengan kondisi saat ini, hampir semua orang telah menyadari betapa rapuhnya kehidupan ini. Sebelum kemunculan wabah ini, orang-orang dengan begitu bangganya merasa bisa mengendalikan segalanya dengan mudah dan sesuai yang diinginkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dirasa dapat memuaskan keinginan, tetapi pada kenyataannya tidak bisa melawan hukum Alam yang terjadi di luar kekuatan Manusia. Banyak yang tidak memahami bahwa, di luar kekuatan Manusia juga terdapat kekuatan-kekuatan lain yang juga memberi pengaruh besar terhadap kehidupan. Kekuatan tersebut sebetulnya dapat menguntungkan kehidupan manusia, tetapi ketika hukumnya telah dilanggar, maka bukannya mendatangkan keuntungan tetapi kerugian.
Kehidupan Yang Tidak Pasti
Kita hidup dalam ketakutan, dan mengakibatkan kerugian besar terhadap banyak Negara di dunia. Banyak upaya telah dilakukan oleh para pemimpin Negara dalam menjaga dan menciptakan ketenteraman, kenyamanan masyarakat, serta keselamatan Negara-Nya. Pemerintah berusaha mendisiplinkan masyarakat dengan tujuan memutus rantai penyebaran Virus yang berbahaya ini. Akan tetapi, sayangnya banyak masyarakat yang tidak disiplin, tanpa menyadari mereka telah membawa penyakit dan dapat menularkan ke yang lain sehingga menyebabkan banyak korban jiwa. Ketika sudah banyak masyarakat yang tertular, mereka akan diseleksi kekuatan fisik dan mentalnya dalam bertahan melawan Virus tersebut. Akibatnya, tidak sedikit masyarakat yang harus kehilangan sanak keluarga dan merelakan mereka dikebumikan tanpa diketahui di mana makamnya.
Demikianlah kenyataannya bahwa hidup tidak pasti dan kematianlah yang pasti. “Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di mana pun juga, tidak dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari kematian” (Dhammapada IX: 128). Semua mengalami perubahan, cepat ataupun lambat dan perubahan tersebut bergerak menuju kematian, berjalan bersama waktu dan menunggu kondisi yang sesuai. Dengan perubahan kondisi lingkungan yang terjadi saat ini, banyak yang bertanya ‘apakah ini terjadi karena kamma kelompok? Apakah mereka melakukan kamma buruk yang sama kemudian menyebabkan kematian dengan sebab yang sama?’ Dalam Dhamma tidak selalu demikian, karena segala kondisi apa pun, muncul dan lenyap karena banyak sebab dan kamma adalah salah satunya. Sebagai contoh, Ibu, Bapak saat ini berada di Vihara, bukan hanya karena kamma atau niat, lalu tiba-tiba ada di Vihara, tetapi banyak kondisi lain yang juga ikut serta. Ketika Ibu, Bapak datang ke Vihara, harus bersih-bersih diri, mengenakan pakaian yang rapi, harus melewati jalan raya menggunakan kendaraan pribadi atau ada yang jalan kaki. Ini semua terjadi karena berbagai kondisi. Akan tetapi apa pun itu, ketika waktu dan kondisinya sesuai, mau tidak mau, suka tidak suka, perubahan tersebut harus kita terima dengan lapang dada.
Memperbaharui Perilaku di Tahun Baru
Di tahun yang baru ini marilah kita memperbaharui diri. Bersiap kembali menghadapi segala kondisi yang akan terjadi di tahun ini. Jika tahun telah berubah, kita juga harus mengubah sikap dan perilaku, walaupun masih dalam kondisi lingkungan yang dihantui oleh ketakutan dan kecemasan seperti tahun lalu. Demikian sifat dari kehidupan yang terbentuk dari kondisi-kondisi dan terus mengalami perubahan. Oleh karena kita berada dalam dunia yang terus berubah, maka kita yang tidak luput dari perubahan, juga tidak bisa selalu menggantungkan diri dengan apa yang juga mengalami perubahan. Semuanya mengalami perubahan. Walaupun kebenaran berkata demikian, kita jangan mengembangkan sifat pesimis, tetapi harus tetap optimis dan realistis. Mari kita jalani hidup dengan penuh semangat dan menyesuaikan diri terhadap segala kondisi dengan cara memperbaharui perilaku ke arah yang lebih baik lagi.
Saat ini ketika besarnya tantangan yang diberikan oleh Alam semesta, semakin besar pula kita harus membuktikan kualitas diri sebagai Manusia. Walaupun lingkungan tempat tinggal kita sedang dalam keadaan tidak sehat, tetapi kita harus selalu bersikap sehat secara pikiran, ucapan, dan perbuatan. Perubahan lingkungan tidak akan memberi pengaruh besar dan mendatangkan penderitaan yang mendalam apabila seseorang mampu memahami kehidupan sebagaimana adanya. Dengan demikian seseorang bisa benar-benar menghargai kehidupan dengan menjaga sikap dan perilakunya. Menghargai sesama dan menjaga dengan baik lingkungan tempat tinggalnya. Seperti halnya emas, permata, dan berlian dihargai karena kualitas yang dikandungnya, demikian pula Manusia dihargai karena kualitas pikiran, ucapan, dan perbuatannya. Oleh karena itu, marilah kita memperbaharui perilaku di tahun yang baru ini, kembali melatih diri dengan "tidak melakukan segala bentuk kejahatan, senantiasa mengembangkan kebajikan, membersihkan batin, inilah ajaran Para Buddha" (Dhammapada 183).
Tidak Berbuat Kejahatan
Di dalam Ambalalatthikarahulovada Sutta, Majjhima Nikaya terdapat pernyataan Sang Buddha bahwa yang dimaksud perbuatan jahat adalah perbuatan yang mendatangkan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain. Akan tetapi, sering kali seseorang menyatakan bahwa mereka melakukan kejahatan mengatasnamakan kebaikan. Pandangan semacam ini tentu adalah pandangan yang keliru. Hal ini hanyalah bentuk dari menghindari tanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan. Ada ungkapan berbunyi lempar batu sembunyi tangan, artinya ketika seseorang melakukan kejahatan sering kali mereka menyembunyikan kejahatannya. Tidak memiliki keberanian diri untuk mengakui kesalahan yang dilakukan.
Banyak sebab mengapa seseorang melakukan kejahatan. Salah satunya pandangan keliru bahwa kejahatan tidak menimbulkan akibat. “Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik, selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak ia akan melihat akibat-akibat yang buruk” (Dhammapada IX: 119). Berhubungan dengan hal ini, banyak orang melakukan perbuatan jahat berpikir memperoleh rasa aman dan tidak akan mendapat hukuman. Akan tetapi, sesungguhnya dalam diri mereka memiliki ketakutan, kecemasan terhadap masyarakat dan para aparat keamanan yang suatu saat dapat menghukumnya. Kalau pun seseorang yakin dirinya akan aman, mengapa harus takut, lari dan menutup diri setelah melakukan perbuatan tersebut? Bukankah ini adalah bentuk dari ketidakyakinan diri terhadap rasa aman dan bebas dari hukuman? Walaupun seseorang belum memperoleh hukuman dari masyarakat dan aparat keamanan, sesungguhnya ia telah menghukum dirinya sendiri dan telah menderita karena ketakutan dan kecemasan yang selalu menghantuinya. “Apabila orang bodoh melakukan kejahatan, ia tak mengerti akan akibat perbuatannya. Orang bodoh akan tersiksa oleh perbuatannya sendiri, seperti orang yang terbakar oleh api” (Dhammapada X: 136).
Sangat penting kita memahami bahwa kejahatan dapat terjadi setiap saat. Setiap orang harus berhati-hati dan menjaga diri agar tidak menjadi korban dari kejahatan. Akan tetapi, kita juga harus berhati-hati terhadap perbuatan kita sendiri karena kita juga dapat menjadi pelaku kejahatan. Dengan menjaga perbuatan, kita menjaga orang lain untuk tidak menjadi tersakiti, dan menjaga diri sendiri agar tidak menjadi pelaku dalam tindak kejahatan. “Orang baik, ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak mudah mengendalikan hal-hal yang jahat. Jangan biarkan keserakahan dan kejahatan menyeretmu ke dalam penderitaan yang tak berkesudahan” (Dhammapada XVIII: 248).
Memperbanyak Kebajikan
Apabila perbuatan tersebut mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, itu disebut perbuatan yang baik (Ambalalatthikarahulovada Sutta). Berbeda dengan seseorang yang melakukan kejahatan mengatasnamakan kebaikan yang sebenarnya adalah bentuk dari sifat egois karena mementingkan dirinya sendiri dan merugikan pihak lain. Perbuatan yang baik, bebas dari sifat egois karena tidak hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri, tetapi juga manfaat untuk pihak lain. Mereka telah memiliki pengertian yang benar dan mengetahui manfaat dari perbuatan tersebut. Dengan memahami manfaat dari perbuatannya, seseorang yang melakukan perbuatan baik akan memahami bahwa akibat buruk yang diperolehnya adalah akibat dari kejahatan yang dilakukan di masa lampau. Sedangkan perbuatan baik yang dilakukan saat ini, akan tetap memberikan dampak yang baik di kehidupan ini maupun di masa yang akan datang. “Apabila seseorang berbuat bajik, hendaklah dia mengulangi perbuatannya itu dan bersuka cita dengan perbuatannya itu, sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik” (Dhammapada IX: 118). Dengan terus melakukan kebaikan, walaupun perbuatan buruknya berbuah, ia tidak akan menjadi terlalu menderita. Mereka yang bijak akan memahami hal itu dan dijadikan sebagai kesempatan menambah kebajikan dengan meningkatkan kesabaran dan pengertian benarnya.
Kelahiran sebagai manusia adalah hasil dari perbuatan baik kita di masa lampau. Kebahagiaan yang sekarang kita alami adalah sangat bergantung tidak hanya terhadap kamma masa lampau, tetapi juga kamma di kehidupan saat ini. Kebajikan telah menjadi pelindung kita dari kelahiran yang menyedihkan. Oleh karena itu, walaupun seseorang berbuat kebajikan, namun belum memperoleh hasil, maka janganlah kecewa sebab kebajikan tidak akan mengingkari janjinya. Jika tidak berbuah saat ini, maka kamma tersebut akan berbuah di masa mendatang. Kebaikan yang kita lakukan selalu setia menemani pelaku kebajikan dan memberikan buah kebahagiaan. “Kebahagiaan seperti bayang-bayang yang tidak pernah meninggalkan bendanya” (Dhammapada I:2). Walaupun dalam kondisi seperti ini, jangan khawatir tidak bisa berbuat baik. Dalam Dhamma, berbuat kebajikan bisa dilakukan dalam kondisi apa pun. Kondisi lingkungan tidak akan menjadi gangguan apabila seseorang memiliki kebijaksanaan dan pemahaman yang benar. Kita bisa berbuat baik saat ini di mana pun sekarang kita berada. Kita tidak mungkin bisa kembali ke masa lampau, dan juga tidak bisa berharap pada masa depan karena kehidupan tidak pasti. Yang lalu telah lewat, masa depan belumlah tiba, yang nyata adalah saat ini dan perbuatan baik bisa dilakukan saat ini juga.
Membersihkan Pikiran
Para psikolog mengetahui bahwa pikiran mempunyai kekuatan yang tidak terbatas dan bisa menghasilkan apa pun (Mon Tin, 2009:Xii). Dalam kondisi di mana dunia diserang oleh wabah Virus Corona, para Ilmuan dari berbagai Negara, untuk menghentikan Virus ini mereka membuat berbagai macam obat, dan ini semua adalah hasil kerja dari pikiran. Selain memiliki kekuatan untuk menyelamatkan, pikiran juga dapat melenyapkan kehidupan. Bisa kita lihat dalam kondisi saat ini, ketika dunia berada dalam ancaman, tetapi masih saja ada yang memanfaatkan kesempatan dalam kesulitan mengumbar keserakahan demi kepentingan kelompok dan dirinya sendiri. “Bagaikan hujan yang dapat menembus rumah beratap tiris, demikian pula nafsu akan dapat menembus pikiran yang tidak dikembangkan dengan baik” (Dhammapada, I:13). Selain memiliki kelebihan, pikiran juga memiliki kelemahan yang sangat mudah terpengaruh oleh hal yang tidak bermanfaat. Apabila hal ini terjadi, maka akan mendatangkan kerugian besar.
Pikiran memiliki peran penting dalam menciptakan suasana tetap seimbang sehingga tidak menambah masalah karena dikuasai oleh keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan. Oleh karena itu, dalam hal ini penting untuk memiliki yonisomanasikara atau pertimbangan bijaksana (Sunanda, 2018: 65). Merenungkan keuntungan dari bersabar atau penahanan diri, mengetahui perbuatan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, serta memahami perbuatan yang merugikan dan yang menguntungkan untuk dirinya sendiri dan orang lain. “Bagaikan hujan yang tidak dapat menembus rumah beratap baik, demikian pula nafsu tidak dapat menembus pikiran yang telah dikembangkan dengan baik” (Dhammapada, I:14). Sebagai manusia, yang dikatakan memiliki pikiran yang luhur, hendaknya selalu mengembangkan kualitas-kualitas pikiran luhur tersebut. Jika pikiran sudah menemukan keluhurannya, perbuatan dan ucapan juga akan menjadi luhur dan mulia. “Bergegaslah berbuat kebajikan, dan kendalikan pikiranmu dari kejahatan; barang siapa lamban berbuat bajik, maka pikirannya akan senang dalam kejahatan” (Dhammapada, IX: 116). Syair ini mengingatkan kita untuk berbuat kebajikan kapan pun dan di mana pun, karena kejahatan yang bersumber dari pikiran buruk bisa terjadi kapan saja. Oleh karena itu, mari di tahun baru ini kita memperbaharui perilaku, dengan tidak berbuat jahat, perbanyak kebajikan, dan mensucikan pikiran.
Penutup
Dengan perubahan tahun dan perubahan kondisi dunia, hendaknya kita menyadari betapa rapuhnya kehidupan ini. Lingkungan tempat tinggal kita setiap saat, setiap waktu dapat berubah, demikian juga dengan diri kita semua berubah bergerak menuju kematian. Kenyataan hidup berkata demikian, kita jangan bersikap pesimis tetapi harus tetap optimis dan realistis. Jangan menolak apalagi menyesali kenyataan karena demikianlah sifat kehidupan. Jangan berharap dunia bergerak sesuai keinginan kita yang dipenuhi nafsu keserakahan karena hal ini hanya menyebabkan penderitaan. Tetapi kitalah yang harus mampu menyesuaikan diri dengan hidup dan kehidupan. Saling menghargai sesama dan menjaga lingkungan, dengan demikian tidak akan ada kekecewaan, tetapi yang muncul adalah kebahagiaan.
Selamat untuk kita semua karena telah melewati tahun 2020, dan juga selamat dan harus berbahagia karena kita masih bisa menjalankan kehidupan di tahun baru 2021. Semoga di tahun ini kita dapat memperoleh kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Semoga apa yang dicita-citakan tercapai pada waktu dan kondisi yang sesuai. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia.
Referensi:
- Bhikkhu Bodhi. 2013. Khotbah-Khotbah Menengah Sang Buddha Majjhima Nikaya. Jakarta Barat. DhammaCitta Press.
- Mon, Tin. Tanpa Tahun. Karma Pencipta Sesungguhnya. Tanpa Kota. Yayasan Hadaya Vatthu.
- Sunanda. 2018. Tanya Jawab Dhamma. Jakarta. Yayasan Satipatthana Indonesia.
- Wijano, Win. 2012. Dhammapada. Tanpa Kota. Bahussuta Society.