Pengendalian Diri
Sannatassa ca dhammajivino appamattassa yasobhivaddhati'ti
Memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dhamma,
dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah
(Syair Dhammapada Appamada Vagga 24)
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Pendahuluan
Dalam kehidupan sosial yang majemuk dan saling berdampingan dengan orang lain, maka setiap orang perlu menjaga sikap dan tindak-tanduknya. Hal itu akan mendukung terwujudnya kehidupan sosial yang harmonis, rukun, dan saling menghargai. Sebab itu, hendaknya setiap individu dapat menjaga perilakunya dengan baik terhadap sesama. Untuk memiliki perilaku yang baik tersebut, maka seseorang perlu melatih pengendalian diri sejak usia dini, dengan mengendalikan perbuatan jasmani, ucapan, dan pikirannya. Tujuan dari pengendalian diri tersebut ialah untuk mencegah perbuatan buruk atau pun kejahatan yang? dapat muncul kapan saja, di mana saja, yang dapat dilakukan oleh siapa saja.
Apabila telah memiliki pengendalian yang baik terhadap perbuatan tubuh atau aktivitas jasmani, ucapan, dan pikirannya, maka akan memberikan dampak yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Sebaliknya, jika seseorang yang tanpa pengendalian terhadap ketiga perbuatan tersebut, tentu dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, cara melatih pengendalian diri terhadap perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran harus diketahui, dipelajari, dan dipraktikkan. Ketika setiap orang dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat, dan dapat mengembangkan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat, maka akan mendatangkan manfaat yang besar pada diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, setiap orang hendaknya memiliki pengendalian diri yang baik terhadap perbuatan jasmani, ucapan, dan pikirannya. Apabila ketiga pengendalian tersebut telah terlatih dengan baik, maka hal-hal buruk dapat dihindari dan tidak sampai dilakukan. Sehingga perbuatan-perbuatan baik dapat terus dikembangkan dan ditingkatkan.
Memiliki pengendalian diri
Agar memiliki motivasi dalam melatih pikiran, ucapan, dan perbuatan tubuh, maka seseorang perlu mencari tahu cara melatihnya. Selain itu, juga perlu tahu manfaat ketika dilatih dan kerugian dari tidak melatihnya. Ada pun kualitas seseorang dapat dibedakan dari tindakannya, yang dijelaskan secara singkat dalam Angutara Nikaya (AN.3:6.Tidak Bermanfaat) sebagai berikut; “Para bhikkhu, seorang yang memiliki tiga kualitas harus dikenali sebagai seorang dungu. Apakah tiga ini? Perbuatan tidak bermanfaat melalui jasmani, perbuatan tidak bermanfaat melalui ucapan, perbuatan tidak bermanfaat melalui pikiran. Seorang yang memiliki ketiga kualitas ini harus dikenali sebagai seorang dungu.”
“Para bhikkhu, seorang yang memiliki tiga kualitas harus dikenali sebagai seorang bijaksana. Apakah tiga ini? Perbuatan bermanfaat melalui jasmani, perbuatan bermanfaat melalui ucapan, perbuatan bermanfaat melalui pikiran. Seorang yang memiliki ketiga kualitas ini harus dikenali sebagai seorang bijaksana”. Oleh karena itu, seseorang perlu melatih pikiran, ucapan, dan perbuatan tubuh/jasmaninya, sehingga dapat menjadi orang bijaksana.
- Mengendalikan perbuatan tubuh/jasmani
Hal yang paling tampak dari perbuatan seseorang baik maupun buruk
ialah perbuatan yang dilakukan melalui tubuh atau jasmaninya. Orang dapat di-kenal dan dibedakan dari perbuatannya, bila perbuatannya yang bermoral dan terkendali akan dinilai sebagai orang baik. Namun, bila perbuatannya tidak baik dan tidak terkendali, maka dikenal sebagai orang yang tidak bermoral dan jahat. Sebagi contohnya, apabila seseorang sering membantu orang lain, maka dapat dikenal sebagai orang baik karena sering membantu. Tetapi, bila seseorang sering melakukan hal buruk, suka mengganggu, dan merugikan orang lain, maka akan dikenal sebagai orang tidak baik.
Apabila seseorang memiliki pengendalian yang baik dalam perbuatan tubuh atau aktivitas jasmaninya baik, maka akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya, apabila tidak terkendali dan sering berbuat jahat, maka akan merugikan diri sendiri dan pihak lain. Hal itu dijelaskan dalam Angutara Nikaya (AN.1:284&287) “Adalah tidak mungkin dan tidak masuk akal, para bhikkhu, bahwa suatu akibat yang diharapkan, diinginkan, dan menyenangkan dapat dihasilkan dari perilaku salah melalui jasmani, tidak ada kemungkinan seperti itu. Tetapi, ada kemungkinan bahwa suatu akibat yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, dan tidak menyenangkan dapat dihasilkan dari perilaku salah melalui jasmani.”
“Adalah tidak mungkin dan tidak masuk akal, para bhikkhu, bahwa suatu akibat yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, dan tidak menyenangkan dapat dihasilkan dari perilaku baik melalui jasmani tidak ada kemungkinan seperti itu. Tetapi, ada kemungkinan bahwa suatu akibat yang diharapkan, diinginkan, dan menyenangkan dapat dihasilkan dari perilaku baik melalui jasmani.”
Oleh karena itulah, seseorang hendaknya melatih pengendalian diri demi manfaat dan kebahagiaan dalam kehidupannya, yaitu dengan cara menghindari membunuh, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, dan menghindari perbuatan seksual yang salah.
- Mengendalikan ucapan
Pengendalian terhadap ucapan juga penting untuk dilatih, karena dengan ucapan yang tidak baik dan tidak benar akan membawa bahaya dan derita, sehingga dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai contoh, orang yang suka berbohong dan menyebarkan berita palsu, maka dapat menimbulkan kerugian pada orang lain yang menjadi korbannya, itulah bahaya dari tanpa pengendalian pada ucapan. Terdapat empat jenis ucapan salah yang mestinya dihindari yaitu; berbohong, ucapan memecah belah/fitnah, ucapan kasar, dan omong kosong atau gosip. Dengan menghindari ucapan salah, maka seseorang hendaknya bertekad melatih diri menghindari berbohong, ucapan memecah belah/fitnah, ucapan kasar, dan omong kosong atau gosip.
- Mengendalikan pikiran
Cara mengendalikan pikiran dapat dilatih dengan mengurangi pikiran-pikiran buruk dan mengembangkan pikiran-pikiran baik. Dalam Angutara Nikaya(AN.1:27-28)dijelaskan bahaya dari pikiran yang tidak terlatih dan manfaat dari pikiran yang terlatih sebagai berikut; “Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang ketika tidak terkembang dan tidak telatih, maka mengarah pada bahaya besar selain daripada pikiran. Pikiran yang tidak terkembang dan tidak terlatih mengarah pada bahaya besar.” “Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang ketika terkembang dan terlatih maka mengarah pada manfaat besar selain daripada pikiran. Pikiran yang terkembang dan terlatih mengarah pada manfaat besar.
Untuk mengendalikan pikiran dapat dilakukan dengan cara melatih pemikiran murni yang dijelaskan dalam Anguttara Nikaya (AN.3:121. Kemurnian) “Dan apakah kemurnian pikiran?“ Di sini, ketika terdapat keinginan indria, niat buruk, ketumpulan & kantuk, kegelisahan & penyesalan, dan keragu-raguan dalam dirinya. Ia memahami terdapat keinginan indria, niat buruk, ketumpulan & kantuk, kegelisahan & penyesalan, dan keragu-raguan dalam diriku; atau ketika tidak terdapat kelima hal tesebut dalam dirinya, ia pun memahami bahwa tidak terdapat kelima hal tersebut dalam diriku. Ia juga memahami bagaimana keinginan indria, niat buruk, ketumpulan & kantuk, kegelisahan & penyesalan, dan keragu-raguan yang belum muncul menjadi muncul. Bagaimana keinginan indria, niat buruk, ketumpulan & kantuk, kegelisahan & penyesalan, dan keragu-raguan yang telah muncul ditinggalkan, dan bagaimana kelima kondisi batin tersebut yang telah ditinggalkan tidak muncul lagi di masa depan.”
“Murni dalam jasmani, murni dalam ucapan, murni dalam pikiran, tanpa noda: mereka disebut yang murni, sempurna dalam kemurnian, “seorang yang telah mencuci kejahatan.”
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat dipahami bahwa adalah penting untuk memiliki perilaku yang terkendali. Oleh karenanya, seseorang mesti melatih pengendalian diri sejak usia dini dengan mempraktikkan perilaku jasmani, ucapan, dan pikirannya agar menjadi baik dan murni. Dengan melatih pengendalian dirilah, maka seseorang akan menjadi orang yang luhur dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran. Ada pun sepuluh perbuatan baik yang hendaknya dilatih dan sepuluh perbuatan buruk yang patut ditinggalkan, yang terdapat dalam (AN.10:178. Baik) sebagai berikut; “Dan apakah, para bhikkhu, yang buruk? Membunuh, mengambil apa yang tidak diberikan, hubungan seksual yang salah, berbohong, ucapan memecah belah, ucapan kasar, bergosip, kerinduan, niat buruk, dan pandangan salah. Ini disebut buruk.” “Dan apakah, para bhikkhu, yang baik? Menghindari membunuh, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari hubungan seksual yang salah, menghindari berbohong, menghindari ucapan memecah-belah, menghindari ucapan kasar, menghindari bergosip, tanpa kerinduan, niat baik, dan pandangan benar. Ini disebut baik.
Dengan cara itulah seseorang dapat melatih pengendalian dirinya, sehingga dapat mendatangkan manfaat dan berkah bagi sesama. Demikianlah, setiap orang patut melatih dengan sungguh-sungguh perilaku yang baik dan luhur, demi kebahagiaan dalam kehidupan ini dan selanjutnya. Semoga dari uraian yang telah disampaikan ini dapat meningkatkan pemahaman kita akan pentingnya pengendalian diri, serta dapat menambah wawasan, dan pengetahuan bagi kita semua. Semoga dapat diterapkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat membawa kemajuan batin. Dengan demikian, manfaat dan kebahagiaan akan dapat diperoleh. Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Referensi:
- Kitab Suci Dhammapada, Terjemahan Indonesia: YM. Phra Rajavaracariya (Win Vijano). (2012). Indonesia: Bahussuta Society.
- Anguttara Nikaya Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha, Alih Bahasa: Indra Anggara. (2015). Jakarta Barat: Dhammacitta Press.