x

Mengenal Lebih Dekat Lima Gugusan Penyebab Kemelekatan

Telah dibabarkan oleh 'Sang Kerabat Matahari':
Rupa seumpama gumpalan buih, pengenyam seumpama gelembung;
Pengenal seumpama fatamorgana,
pembentuk-pembentuk seumpama gedebung;
Pengetahuan seumpama pertunjukan sulap.

(Phenapindupamasutta, Pupphavagga, Khandhasamyutta, Khandhavaggasamyutta, Samyuttanikaya, Suttapitaka)


    DOWNLOAD AUDIO

Unduh PDF

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

“Phenapindupamam rupam, vedana bubbulupama; Maricikupama sanna, sankhara kadalupama; Mayupamanca vinnanam, desitadiccabandhuna.’i.

Lima Gugusan sebagai Perihal yang Patut Dikenali

Empat Kebenaran Arya (catu-ariyasacca) patut ditembus oleh masing-masing pribadi. Namun, dalam menembus Empat Kebenaran Arya ini, pastinya kita perlu melakukannya tahap demi tahap. Sementara itu, tahapan awal yang perlu kita lakukan adalah mengenal dukkha.

Dengan gamblang dinyatakan pada Dhammacakkappavattana Sutta, Dhammacakkappavattana Vagga, Saccasamyutta, Mahavagga-Samyutta, Samyutta Nikaya, Sutta Pitaka, dukkha merupakan parinneyyadhamma, yaitu suatu hal yang perlu dikenal secara keseluruhan. Secara singkat, yang disebut sebagai dukkha di sana adalah pancupadana-kkhandha yang bisa diterjemahkan sebagai Lima Gugusan Penyebab Kemelekatan (S v 421). Oleh karena itu, mengenal Lima Gugusan tersebut merupakan suatu hal yang sepatutnya diejawantahkan, sebagai permulaan dalam penembusan Empat Kebenaran Mulia.

Perincian Kelima Gugusan
Yang disebut sebagai Lima Gugusan ini, sesuai dengan yang tercantum dalam Suttantabhajaniya, Khandhavibhanga, Vibhanga, Abhidhammapitaka, antara lain:

  • Gugusan Rupa (rupakkhandha).
  • Gugusan Pengenyam (vedanakkhandha).
  • Gugusan Pengenal (sannakkhandha).
  • Gugusan Pembentuk (sankharakkhandha) serta
  • Gugusan Pengetahu (vinnanakkhandha) (Vibh 1).

Kelima gugusan ini sepatutnya dimengerti sebagai gugusan yang saling menopang satu dengan lainnya, bukan merupakan entitas yang bisa berdiri sendiri.

Jika kita membaca Khajjaniyasutta, Khajjaniyavagga, Khandhasamyutta, Khandhavaggasamyutta, Samyutta Nikaya, Sutta Pitaka, kita bisa mengetahui bahwa penyebutan masing-masing gugusan ini sesungguhnya berdasarkan karakteristik atau fungsi yang dijalankan oleh gugusan-gugusan tersebut. Sebagai contoh, disebut sebagai rupa karena ruppati, yaitu sebuah keberadaan yang menghancur (S iii 86). Disebut sebagai vedana karena vedayati, yaitu sebuah keberadaan yang mengenyam (S iii 87).Disebut sebagai sanna karena sanjanati, yaitu sebuah keberadaan yang mengenal (S iii 87). Disebut sebagai sankhara karena sankhatamabhisankharonti, yang merupakan keberadaan-keberadaan yang membentuk (S iii 87). Disebut sebagai vinnana karena vijanati, yaitu keberadaan yang mengetahui secara spesifik (S iii 87).

Mengenal Karakteristik Lima Gugusan melalui Perumpamaan-Perumpamaan
Seseorang dengan pandangan yang keliru bisa menganggap setidaknya salah satu dari kelima gugusan ini adalah entitas yang bisa dianggap sebagai diri. Atau, bisa juga menganggap ada gugusan lain di luar kelima ini yang merupakan diri yang sesungguhnya. Seorang siswa yang terpelajar sepatutnya untuk melakukan ditthujukamma, yaitu meluruskan pandangan sendiri.

Dalam upaya meluruskan pandangan terkait dengan pancakhandha ini, kita bisa mengambil referensiPhenapindupamasutta yang terdapat dalam Pupphavagga, Khandhasamyutta, Khandhavagga-samyutta, Samyuttanikaya, Suttapitaka. Lima macam perumpamaan disebutkan di dalam sutta tersebut terkait dengan kelima gugusan yang kita miliki ini. Rupa diumpamakan seperti phenapinda, yaitu gumpalan buih yang dihasilkan oleh aliran air sungai (S iii 140). Pengenyam diumpamakan seperti udakapubbula, yaitu gelembung air yang dihasilkan oleh hunjaman air hujan (S iii 141). Pengenal diumpamakan seperti maricika, yaitu fatamorgana yang biasa muncul pada tengah hari di akhir musim panas (S iii 141). Pembentuk-pembentuk diumpamakan seperti mahanta kadalikkhandha, yaitu gedebung besar, yang sesungguhnya terdiri dari lapisan-lapisan tanpa dapat ditemukan intinya (S iii 142).

Dari kelima perumpamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik kelima gugusan, antara lain: hampa (rittaka), kosong (tucchaka), dan bukan merupakan inti (asaraka) (S iii 140-142). Namun, sesungguhnya ketiga karakteristik tersebut merupakan sebutan lain dari anatta, alias sebuah keberadaan yang bukan diri.

Daftar Rujukan:
Rujukan Utama:

  • CSCD Tipitaka (Roman). (n.d.). Retrieved October 06, 2021, from Pali Tipitaka: https://www.tipitaka.org/romn/
  • Davids, R. (Ed.). (1978). The Vibhanga:the Secong Book of the Abhidhamma Pitaka. London: The Pali Text Society.
  • Feer, M. L. (Ed.). (1975). Samyutta-Nikaya: Khandha-Vagga (Vol. III). London: The Pali Text Society.
  • Feer, M. L. (Ed.). (1976). Samyutta-Nikaya: Maha-Vagga (Vol. V). London: The Pali Text Society.

Rujukan Pengulas:

  • Woodward, F. (Ed.). (1977). Sarattha-ppakasini: Buddhaghosa's Commentary on the Samyutta Nikaya: on Nidana-Vagga, Khandha-Vagga, Salayatana-Vagga (First Part) (Vol. II). London: The Pali Text Society.
  • Woodward, F. (Ed.). (1977). Sarattha-ppakasini: Buddhaghosa's Commentary on the Samyutta-Nikaya: on Salayatana-Vagga (Secon Part) and Maha-Vagga with Index to Vols. I.-III. (Vol. III). London: The Pali Text Society.

Dibaca : 14470 kali