Rasa Bersyukur Dan Berterima Kasih
Dveme, bhikkhave, puggalā dullabhā lokasmiṃ.Katame dve? Yo ca pubbakārī, yo ca kataññū katavedī.Ime kho, bhikkhave, dve puggalā dullabhā lokasmin’ti.Para bhikkhu, kedua jenis orang ini adalah jarang di dunia ini.Siapakah yang dua ini?
Seseorang yang berinisiatif dalam menolong orang lain dan
seorang yang bersyukur dan berterima kasih.Kedua jenis orang ini adalah jarang di dunia ini.(AN 2.119)
Berterima kasih dikategorikan sebagai berkah utama, karena dapat memelihara keharmonisan di dalam masyarakat. Kata P?li Kataut? artinya mengingat akan perbuatan baik seseorang. Ketika seseorang memiliki ke-sempatan, ia harus membantu mereka yang pernah memberikan bantuan. Ini adalah salah satu berkah yang mulia.
Di zaman sekarang, rasa terima kasih cepat memudar dari ingatan. Ini disebabkan masyarakat lebih mementingkan diri mereka sendiri. Buddha menjelaskan, Di dunia ini terdapat dua jenis manusia yang sukar di-temukan, yaitu mereka yang melakukan perbuatan baik untuk orang lain dan mereka yang mengingat kebaikan yang pernah mereka peroleh.
Perasaan yang muncul dari orang-orang berbudi luhur ketika mendapatkan suatu kebahagiaan dari siapa pun adalah katau yang berarti rasa bersyukur karena menyadari apa yang sudah kita terima. Katau biasanya di-pasangkan dengan katavedi yang berarti tekad untuk membalas kebaikan. Jadi katau-katavedi dapat diartikan sebagai rasa syukur yang muncul dari me-nyadari kebaikan yang telah diterima, kemudian bertekad untuk membalas kebaikan itu.
Guru Agung Buddha sendiri mengajarkan bagaimana cara agar kita dapat berterima kasih. Peristiwa yang terkenal adalah pada saat Buddha memandang pohon Bodhi yang telah melindungi Beliau saat duduk di bawah pohon tersebut dalam perjuangan untuk mencapai Penerangan Sempurna adalah contoh dari bentuk terima kasih. Dahulu kala, ketika orang berlindung di bawah pohon, mereka membersihkan tempat tersebut sebelum meninggalkannya. Bahkan mereka tidak merusak daun pohon yang telah melindungi mereka.
Kita harus menunjukkan rasa terima kasih kepada orangtua dan para guru, kerabat, serta orang-orang religius. Tidak ada masyarakat yang dapat berperan dengan baik tanpa bergantung satu sama lain, tanpa kerjasama, dan tanpa saling tolong me-nolong. Untuk memelihara keharmonisan sosial ini maka berterima kasih pada orang yang telah berjasa dalam kehidupan kita sangatlah penting.
Ada juga yang tidak menunjukkan rasa terima kasih kepada orangtuanya. Padahal, tanpa mereka, kita tidak akan memiliki pengalaman hidup sama sekali. Orang melakukan hal-hal yang baik tanpa mengharapkan balasan, akan tetapi kewajiban dari mereka yang telah menerima bantuan harus berterima kasih. Di beberapa masyarakat terdapat berbagai cara untuk memudahkan orang menunjukkan rasa terima kasih.
Ungkapan rasa terima kasih anak kepada orangtuanya adalah perasaan yang alami. Kebanyakan orang saat ini telah kehilangan kepekaan. Ungkapan rasa terima kasih tidak berarti memberikan barang sebagai balasannya. Hanya kata terima kasih sudah cukup. Guru Buddha mengelompokkan rasa terima kasih (katau) sebagai berkah utama karena sudah menjadi kewajiban setiap manusia. Rasa terima kasih adalah kualitas yang sangat baik. Hampir tidak ada agama atau kebudayaan yang tidak mem-benarkan hal ini.
Bagi mereka yang mengem-bangkan kebiasaan positif ini cen-derung kualitas batinnya menjadi lebih baik. Oleh sebab itulah, mengapa Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna menjelaskan bahwa mereka yang memiliki rasa terima kasih jarang ditemukan di dunia ini.
Dikatakan bahwa perbuatan baik pada seseorang yang tidak menyadari kewajibannya untuk berterima kasih adalah seperti membuang benih ke api. Benih tersebut akan terbakar di dalam api dan tidak mampu berkembang. Melakukan kebajikan pada orang jahat tidak akan menuai harapan. Rasa terima kasih hanya terdapat di dalam kualitas diri yang baik.
Pustaka Rujukan
A?guttara Nik?ya: The Numerical Discourses of the Buddha. Translated by Bhikkhu Bodhi. Boston: Wisdom Publications, 2012.