MENOREHKAN GARIS DI AIR
Vītakodhā anāyāsā, Vītalobhā anussukā.Dantā kodhaṃ pahantvāna, Parinibbanti anāsavā’tiMereka yang bebas dari kemarahan, adalah yang tidak sengsara,Mereka yang bebas dari keserakahan, adalah yang tidak ketagihan,Jinak, setelah meninggalkan kemarahan,Mereka yang tanpa noda mencapai Nibbāna.(Kodhana Sutta, Aṅguttara Nikāya 7.64)
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Prolog
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya terikat dengan komunikasi antar individu, namun juga tidak terlepas dari keter-gantungan terhadap manusia lainnya. Sayangnya hubungan tersebut tidak selalu berjalan harmonis, tapi dilengkapi juga dengan perdebatan serta permusuhan. Tak ayal, bagi sebagian besar individu yang masih memiliki banyak pengotor batin, tidak sedikit yang mengharap pihak lain celaka. Membenci pihak lain dengan menutup rapat hatinya, sembari menyimpan amarah terhadap orang yang dibenci.
Dasarnya memang telah diajarkan oleh Sang Buddha, bahwa “Appiyehi sampayogo dukkho”, bertemu dengan individu tak dicintai adalah penderitaan. Akan tetapi, masing-masing individu dengan kualitas batinnya yang berbeda-beda memiliki caranya sendiri dalam menghadapi amarah-nya, mencari cara untuk terlepas dari derita yang dialami. Sehingga, tergantung pada kualitas batinnya, seseorang bisa saja menyimpan kemarahan begitu lama, atau bahkan sama sekali tidak akan memaafkan orang yang tidak disukainya. Sebaliknya ada juga individu yang tidak perlu berlama-lama untuk memaafkan individu lain. Dalam Dhamma, Sang Buddha telah menjelaskan fenomena ini, tentang tiga jenis individu yang menyimpan kemarahan yang diibaratkan seperti menggores di tiga tempat yang berbeda. Jenis orang-orang tersebut dijelaskan dalam Lekha Sutta (Aṅguttara Nikāya 3.133).
Monolog Sang Begawan
- Orang yang diumpamakan seperti menggores di batu (Pāsāṇa-lekhūpamo puggalo)
Seseorang sering menjadi marah, dan kemarahannya ber-langsung lama. Seperti halnya garis yang digoreskan di batu tidak akan cepat terhapus oleh angin dan air melainkan ber-tahan untuk waktu yang lama. Demikian pula, seseorang sering menjadi marah, dan kemarahannya itu berlangsung lama. Ini disebut individu yang seperti garis yang digoreskan di batu. - Orang yang diumpamakan seperti menggores di tanah (Pathavi-lekhūpamo puggalo)
Seseorang sering menjadi marah, tetapi kemarahannya tidak berlangsung lama. Seperti halnya garis yang digoreskan di tanah yang dengan cepat terhapus oleh angin dan air dan tidak bertahan untuk waktu yang lama. Demikian pula, se-seorang sering menjadi marah, tetapi kemarahannya tidak ber-langsung lama. Ini disebut individu yang seperti garis yang digoreskan di tanah. - Orang yang diumpamakan seperti menggores di air (Udaka-lekhūpamo puggalo)
Seseorang yang bahkan ketika individu lain berbicara kasar dan tajam, dengan cara yang tidak menyenangkan, ia akan tetap bersahabat [dengan lawannya], bergaul, dan menyapanya. Seperti halnya garis yang digoreskan di air yang dengan cepat lenyap dan tidak bertahan lama. Demikian pula, seseorang, bahkan ketika individu lain berbicara kasar dan tajam, dengan cara yang tidak menyenangkan, ia akan tetap bersahabat, bergaul, dan menyapa [pada musuhnya]. Ini disebut individu yang seperti garis yang digoreskan di air.
Epilog
Demikian ketiga jenis individu yang menyimpan kemarahan berdasarkan Lekha Sutta. Jerat kematian yang tersembunyi dalam pikiran, telah mengambil wujud kebencian. Seseorang harus memotongnya melalui pengendalian diri, kebijaksanaan, kegigihan, dan pandangan benar. Orang yang bijaksana harus melenyapkan kualitas tidak bermanfaat ini. Dengan cara demikianlah se-seorang harus berlatih dalam Dhamma.
Text Dhammadesanā dan Informasi Kegiatan Dapat Dilihat di Link Berikut: