MEMELIHARA HUBUNGAN BAIK
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bertemu dengan berbagai macam orang dengan berbagai karakter dan profesi. Dalam per-gaulan tentunya akan ada masalah. Masalah itu hendaknya diatasi jangan dengan emosi tetapi masalah yang ada sebaiknya diatasi dengan konsultasi. Hal ini dilakukan untuk terciptanya suasana tentram.
Bagaimana melaksanakan ke-wajiban dan bagaimana kita meng-hadapi seseorang dengan profesi yang berbeda-beda? Dalam Sigalaka Sutta, Dīgha Nikāya, Sang Buddha menjelaskan tentang arti penghormatan dan penyembahan kepada 6 arah: Timur adalah anak dan orang tua. Barat adalah suami dan istri. Selatan adalah guru dan murid. Utara adalah teman dan rekan. Arah bawah adalah majikan dan pegawai. Arah atas adalah pe-rumah tangga dan para petapa, brahmana. Dalam Memelihara Hubungan Baik dijelaskan dalam Aṅguttara Nikāya kelompok 4.
Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Āḷavī di Altar Aggāḷava. Kemudian Hatthaka dari Āḷavī, disertai dengan lima ratus umat awam, mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Pengikutmu banyak, Hatthaka. Bagaimanakah engkau mempertahankan pengikut yang banyak ini?”
“Aku melakukannya, Bhante, dengan empat cara memelihara hubungan baik yang diajarkan oleh Sang Bhagavā.
Ketika aku mengetahui: ‘Orang ini harus dipelihara dengan pem-berian,’ maka aku memeliharanya dengan pemberian.
Ketika aku mengetahui: ‘Orang ini harus dipelihara dengan kata-kata kasih sayang,’ maka aku me-meliharanya dengan kata-kata kasih sayang.
Ketika aku mengetahui: ‘Orang ini harus dipelihara dengan perbuatan baik,’ maka aku memeliharanya dengan perbuatan baik.
Ketika aku mengetahui: ‘Orang ini harus dipelihara dengan sikap tidak membeda-bedakan,’ maka aku me-meliharanya dengan sikap tidak membeda-bedakan.
Ada kekayaan dalam keluarga-ku, Bhante. Mereka tidak berpikir bahwa mereka harus mendengar-kan aku seolah-olah aku miskin.”
“Bagus, bagus, Hatthaka! Ini adalah metode yang dengannya engkau dapat memelihara banyak pengikut. Karena mereka semua di masa lampau yang memelihara banyak pengikut melakukannya dengan empat cara memelihara hubungan baik yang sama ini. Mereka semua di masa depan yang akan me-melihara banyak pengikut akan melakukannya dengan empat cara memelihara hubungan baik yang sama ini. Dan mereka semua di masa sekarang yang memelihara banyak pengikut melakukannya dengan empat cara memelihara hubungan baik yang sama ini.” Kemudian, setelah Sang Bhagavā mengajarkan, mendorong, meng-inspirasi, dan menggembirakan Hatthaka dari Āḷavī dengan khotbah Dhamma, Hatthaka dari Āḷavī bang-kit dari duduknya, bersujud kepada Beliau, mengelilingi Beliau dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.
Manfaat dari memberi yang terlihat secara langsung:
(1)Seorang pemberi yang der-mawan, disukai dan disenangi banyak orang.
(2)Kemudian, orang-orang baik mendatangi seorang penyum-bang, seorang pemberi yang dermawan
(3)Kemudian, seorang penyum-bang, seorang pemberi yang dermawan, memperoleh repu-tasi baik.
(4)Kemudian, kumpulan apa pun yang didatangi oleh seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan – apakah para khattiya, brahmana, perumah tangga, atau petapa – ia men-datanginya dengan percaya-diri dan tenang.
(5)Kemudian, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, se-orang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, ter-lahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga. Ini adalah buah dari memberi yang berhubungan dengan kehidup-an-kehidupan di masa depan.
Apabila seorang dermawan, penyumbang, pemberi yang murah hati tidak terlahirkan di alam surga, maka apabila ia terlahir sebagai manusia maka ia akan kaya, makmur dan berlimpah. Dalam Aṅguttara Nikāya kelompok 5 disebutkan tentang manfaat dari melakukan pemberian besar yaitu:
1.Seseorang memberi persembah-an karena keyakinan. Karena ia memberi persembahan karena keyakinan, di manapun akibat dari perbuatan itu masak; ia akan menjadi kaya, berlimpah dan makmur. Dan ia akan men-jadi tampan, menarik, anggun memiliki kecantikan.
2.Seseorang memberi persembah-an dengan penuh hormat. Karena ia memberi persembahan dengan penuh hormat, di mana-pun akibat dari perbuatan itu masak; ia akan menjadi kaya, berlimpah dan makmur. Dan ia akan dihormati oleh anak, istri, para pelayan dan pekerja.
3.Seseorang memberi persembah-an pada waktu yang tepat. Karena ia memberi persembahan pada waktu yang tepat, di mana-pun akibat dari perbuatan itu masak; ia akan menjadi kaya, berlimpah dan makmur. Dan ke-untungan akan datang padanya pada waktu yang tepat dalam jumlah yang banyak.
4.Seseorang memberi persembah-an dengan kedermawanan. Karena ia memberi persembahan dengan kedermawanan, di manapun akibat dari perbuatan itu masak; ia akan menjadi kaya, berlimpah dan makmur. Dan batinnya mengarah pada ke-nikmatan hal-hal yang baik.
5.Seseorang memberi persembah-an tanpa merendahkan dirinya dan orang lain. Karena ia mem-beri persembahan dengan tanpa merendahkan dirinya dan orang lain, di manapun akibat dari per-buatan itu masak; ia akan men-jadi kaya, berlimpah dan mak-mur. Dan ia tidak akan meng-alami kehilangan kekayaannya dari penjuru manapun apakah dari api, banjir, penjahat-pen-jahat ataupun dari pewaris yang tidak disukai.
Itu adalah manfaat-manfaat pemberian pada masa yang akan datang.
Dalam Itivuttaka 26; 18-19 disebutkan oleh Guru Agung mengenai manfaat memberi; “O para bhikkhu, jika orang-orang mengetahui akibat dari memberi dan berbagi, maka mereka tidak akan makan sebelum memberi, juga mereka tidak akan membiar-kan noda kekikiran menguasai mereka dan berakar dalam bathin mereka. Bahkan jika itu adalah makanan terakhir, suapan terakhir mereka; mereka tidak akan me-makannya sebelum berbagi, jika ada orang lain untuk berbagi. Tetapi para bhikkhu, karena orang-orang tidak mengetahui akibat dari memberi dan berbagi, maka mereka makan tanpa memberikan dan noda kekikiran menguasai mereka dan berakar dalam.”
“Para bhikkhu, ada empat jenis perilaku buruk melalui ucapan ini. Apakah empat ini? Berbohong, ucapan memecah belah, ucapan kasar, dan gosip. Ini adalah ke-empat jenis perilaku buruk melalui ucapan.” “Para bhikkhu, ada empat jenis perilaku baik melalui ucapan ini. Apakah empat ini? Ucapan jujur, ucapan tidak memecah belah, ucapan halus, dan ucapan bijak-sana. Ini adalah keempat jenis perilaku baik melalui ucapan.”
“Teman-teman, seorang bhik-khu yang ingin menegur orang lain pertama-tama harus menegakkan lima hal dalam dirinya. Apakah lima ini?
(1)Ia harus mempertimbangkan: ‘Aku akan berbicara pada waktu yang tepat, bukan pada waktu yang tidak tepat;
(2)Aku akan berbicara dengan jujur, bukan dengan ber-bohong;
(3)Aku akan berbicara secara halus, bukan secara kasar;
(4)Aku akan berbicara dalam cara yang bermanfaat, bukan dalam cara yang berbahaya;
(5)Aku akan berbicara dengan pikiran cinta-kasih, bukan selagi memendam kebencian.’
Seorang bhikkhu yang ingin menegur orang lain pertama-tama harus menegakkan kelima hal ini dalam dirinya.
Umat Buddha yang mengenal Dhamma tentunya tidak akan membeda-bedakan suku, ras dan agama. Karena umat Buddha senantiasa berharap; Semoga Semua Makhluk Berbahagia. Meng-harapkan kebahagiaan semua makhluk tanpa kecuali.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Terima kasih.
Referensi:
Dīgha Nikāya, Aṅguttara Nikāya
Text Dhammadesanā dan Informasi Kegiatan Dapat Dilihat di Link Berikut:
https://drive.google.com/file/d/1LutlM3OHPVTcsDs_8hD_g7yWLL135g6i/view