Diri Sendiri Sejahtera Menjadi Contoh Untuk Orang Lain
Attānameva paṭhamaṁ – paṭirūpe nivesayeAthaññamanusāseyya – na kilisseyya paṇḍito’tiHendaklah orang terlebih dahulu mengembangkan dirinya sendiri dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksanayang berbuat demikian tidak akan dicela.(Dhammapada 158)
Kehidupan manusia pada umumnya saling berpengaruh terutama disebabkan oleh sikap dan kebiasaan hidupnya sendiri di tengah masyarakat luas. Jika ada yang memiliki sikap dan kebiasaan buruk, membuat lingkungan sekitar menjadi ketakutan dan tidak senang, hidup tidak sejahtera dan tidak bahagia. Akan tetapi jika ada orang yang sebaliknya memiliki sikap dan kebiasaan baik, membuat lingkungan sekitar aman, nyaman dan senang, hidup bisa sejahtera dan bahagia. Bukankah demikian? Marilah kita perhatikan lebih lanjut penjelasan di bawah ini.
Suasana Tidak Nyaman Akan Mengganggu
Bagi orang yang memiliki cara dan kebiasaan hidup yang terlalu berbeda dengan lingkungan sekitar apalagi dengan tetangga, tentu gangguan suasana yang tidak menyenangkan sangat mungkin terjadi. Jika orang yang dimaksud di atas tidak ada sama sekali melakukan pembauran dengan tetangga/ lingkungan sekitar, maka kehidupan di sekitar itu akan terasa tidak nyaman/terganggu. Apalagi pribadi yang hidup mapan memiliki jaminan ekonomi yang cukup kuat, namun tidak ada memperhatikan tetangga dan lingkungan, tentu situasi tempat di lingkungan itu tidak harmonis.
Diri Sendiri Saja Yang Sejahtera
Kesejahteraan lingkungan itu sangat penting untuk diperhatikan. Siapa yang merasa hidup sejahtera seharusnya memiliki perhatian yang cukup terhadap orang lain di sekitarnya. Jika tidak demikian maka hidup di tempat itu akan terasa tidak harmonis.
Ada yang dapat kita jadikan sumber inspirasi dalam kitab suci Tipitaka sebagaimana dikatakan dalam A?guttara Nik?ya VIII.159 bahwa ada orang tertentu sebagai pengikut awam memang memiliki keyakinan (saddha), moralitas (s?la) dan kedermawanan, tetapi dia tidak mendorong orang lain untuk memiliki keyakinan, moralitas, dan kedermawanan seperti dirinya sendiri. Dia sendiri juga suka mengunjungi para bhikkhu dan mendengarkan Dhamma dengan baik, tetapi dia tidak mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dia sendiri mengingat baik-baik Ajaran-ajaran yang telah didengarnya dan dengan seksama menelaah arti ajaran itu, tetapi dia tidak mendorong orang lain untuk melakukan hal itu. Setelah memahami apa yang tersurat dan tersirat, dia sendiri hidup sesuai dengan Dhamma, tetapi dia tidak mendorong orang lain untuk melakukan hal itu. Dikatakan bahwa orang seperti itu hidup untuk kesejahteraannya sendiri saja, namun bukan untuk kesejahteraan orang lain.
Memang orang seperti tipe tersebut terkesan rajin dan tekun hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap orang lain. Bagaimana kemajuan dan kesejahteraan yang didapat dan dinikmati sendiri itu sebenarnya bisa membantu dan mengarahkan orang supaya maju dan sejahtera, tetapi dia tidak mau peduli untuk melakukan hal itu agar orang lain berhasil seperti dirinya sendiri. Tipe orang seperti ini tentu tergolong egois. Cara hidup seperti itu mudah dicela dan dikritik.
Suasana Nyaman Menimbulkan Keharmonisan
Lain orang, lain pula kebiasaan dan sifatnya dalam menempuh kehidupannya di tengah masyarakat yang majemuk. Orang yang memiliki cara dan kebiasaan hidup yang selalu menjaga hubungan baiknya dengan orang lain di lingkungan tempat tinggalnya, tentu juga dengan tetangganya, maka suasana yang menyenangkan akan sangat mungkin terjadi. Dengan demikian kehidupan di sekitar itu akan terasa damai, aman, nyaman dan harmonis. Apalagi pribadi yang hidup mapan memiliki jaminan ekonomi yang cukup kuat, juga ikut memberi perhatian kepada semua tetangga dan lingkungan, tentu situasi tempat di lingkungan itu menjadi sangat harmonis dan damai.
Diri Sendiri dan Orang Lain Sejahtera
Suasana damai dan harmonis dalam lingkungan tempat tinggal akan dapat dirasakan jika kunci-kunci kesejahteraan hidup dalam masyarakat itu ada sumber-sumber inspirasinya. Di lingkungan itu ada orang-orang yang dapat menjadi sumber pengaruh cara hidup yang sesuai.
Hal-hal tersebut seharusnya ada di masyarakat dapat kita jumpai sebagaimana dikatakan juga dalam kitab suci Tipitaka, A?guttara Nik?ya III.159 bahwa ada orang tertentu sebagai pengikut awam memiliki keyakinan (saddha), moralitas (s?la) dan kedermawanan, dan dia juga mendorong orang lain untuk memiliki keyakinan, moralitas, dan kedermawanan seperti dirinya. Dia sendiri juga suka mengunjungi para bhikkhu dan mendengarkan Dhamma dengan baik, lalu dia mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dia sendiri mengingat baik-baik Ajaran-ajaran yang telah didengarnya dan dengan seksama menelaah arti ajaran itu, dan juga mendorong orang lain untuk melakukan hal itu. Setelah memahami apa yang tersurat dan tersirat, dia sendiri hidup sesuai dengan Dhamma, juga dia mendorong orang lain untuk melakukan hal itu. Dikatakan bahwa orang seperti itu hidup untuk kesejahteraan dirinya sendiri, dan juga untuk kesejahteraan orang lain.
Orang seperti tipe tersebut rajin dan tekun untuk kepentingan dirinya sendiri, dan juga peduli dan punya perhatian terhadap orang lain. Bagaimana kemajuan dan kesejahteraan yang didapat dan dinikmati sendiri itu, juga bisa membantu dan mengarahkan orang lain supaya maju dan sejahtera seperti dirinya sendiri. Hal ini tentu menjadi bagian dari cara hidupnya orang itu sendiri, mau peduli untuk membantu orang lain supaya berhasil seperti dirinya sendiri. Tipe orang seperti ini tergolong baik. Orang seperti ini adalah orang yang suka memberi kail untuk orang lain dan bukan memberi ikan. Cara hidup seperti itu baik dan dapat terhindar dari celaan dan kritikan.
Selamat kepada Anda yang telah memiliki cara hidup seperti orang tipe ke-dua di atas. Diharapkan jangan menjadi orang tipe pertama di atas.
Sumber: Petikan A?guttara Nik?ya, Klaten, Maret 2003