Mengenali Moralitas Lebih Dekat
Sῑlena sugatiṁ yanti, sῑlena bhogasampadā,Sῑlena nibbutiṁ yanti, tasmā sãlaÿ visodhaye.Dengan merawat sãla, tercapai alam bahagia. Dengan merawat sãla,diperoleh kekayaan lahir dan batin. Dengan merawat sãla, tercapai padamnya kilesa. Oleh karena itu, rawatlah sãla dengan sempurna.(Ārādhanā Pañcasῑla)
Pancasila Buddhis, sebagai langkah dasar latihan kemoralan, khususnya bagi umat perumah tangga, sering diucapkan bersama dalam berbagai kesempatan, tapi kita lebih sering melupakan makna pemahaman yang terkandung di dalamnya. Pancasila Buddhis walau hanya terdiri dari 5 aturan kemoralan, namun makna yang terkandung di dalamnya sangatlah luas. Bahkan Sang Buddha, dalam ajarannya senantiasa meletakkan S?la sebagai dasar untuk pencapaian kebijaksanaan. Suatu perbuatan dapat dikatakan melanggar s?la bila faktor-faktor yang mendasari perbuatan itu terpenuhi dan dapat disebut sebagai jalan menuju alam menyedihkan. Apabila faktor-faktor yang mendasari tidak ter penuhi semuanya, maka perbuatan itu disebut kamma yang menghasilkan buah kamma buruk pada masa kehidupan sekarang, berupa penderitaan jasmani. Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai lima moralitas dan faktor-faktor yang hendak dipenuhi sehingga terjadi pelanggaran, serta akibat-akibat pelanggaran moralitas tersebut.
S?la ke- 1 adalah P???tip?t? arti secara harfiahnya, pembunuhan
Suatu perbuatan dapat dikatakan membunuh, pembunuhan bila 5 faktor yang mendasari perbuatan itu terpenuhi, yaitu :
1. Adanya makhluk hidup,
2. Menyadari bahwa makhluk itu masih hidup,
3. Berkehendak untuk membunuhnya,
4. Melakukan usaha membunuhnya,
5. Makhluk itu mati akibat pembunuhan.
Akibat dari perbuatan membunuh:
Pembunuhan, apapun alasannya akan memberi akibat buruk (akusala-vipaka) bagi pelakunya, walau kadar berat ringannya berbeda. Akibat berat bila pembunuhan dilakukan terhadap orangtua, rohaniwan atau orang suci, guru, atau terhadap binatang yang mempunyai ukuran tubuh besar dan bermanfaat bagi kehidupan manusia; sedang akibat ringan bila dilakukan terhadap binatang bertubuh kecil dan kurang manfaatnya. Kehendak yang mendasari perbuatan itu dilakukan juga akan berpengaruh terhadap kadar akibat yang disandang pelakunya.
Seorang pembunuh akan menanggung akibat perbuatan buruknya berupa:
1. Lahir kembali dalam keadaan cacat,
2. Berwajah dan perawakan tubuh yang jelek,
3. Berbadan lemah dan berpenyakitan,
4. Idiot, penakut dan senantiasa diselimuti perasan cemas,
5. Dibenci, dimusuhi orang serta tak berkawan,
6. Dipisahkan dari orang yang disayangi, dicintai,
7. Berusia pendek atau terbunuh oleh berbagai sebab.
S?la ke- 2 adalah Adinn?d?n? yang secara harfiah berarti pencurian
Suatu perbuatan dapat dikatakan pencurian, mencuri apabila 5 faktor yang mendasari perbuatan itu terpenuhi:
1. Adanya barang, benda milik orang lain,
2. Mengetahui barang, benda itu ada pemiliknya,
3. Berkehendak mengambilnya,
4. Berusaha mengambilnya,
5. Berhasil mengambil melalui usaha itu.
Akibat dari perbuatan mencuri:
1. Dilahirkan kembali dalam kemiskinan,
2. Tidak mempunyai banyak harta benda dalam penghidupan sekarang,
3. Menderita kelaparan,
4. Tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan,
5. Menderita kerugian atau kebangkrutan dalam usahanya,
6. Sering ditipu atau harta bendanya ludes karena bencana.
S?la ke- 3 adalah K?mesu micch?c?r? yang secara harfiah artinya asusila.
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan asusila apabila faktor yang mendasari hal itu terpenuhi:
1. Adanya obyek,
2. Mempunyai kehendak,
3. Usaha, upaya untuk berbuat asusila,
4. Berhasil melakukannya.
Perzinahan dapat mengakibatkan:
1. Mempunyai banyak musuh, dibenci,
2. Terlahir kembali sebagai waria,
3. Mempunyai kelainan jiwa, senantiasa gelisah,
4. Gagal bercinta atau sukar mendapat jodoh, dipisahkan dari orang yang dicintai,
5. Tidak mendapat kebahagiaan berumah tangga.
S?la ke- 4 adalah Mus?v?d? yang secara harfiah artinya berbohong.
Ucapan dikatakan suatu pendustaan (berbohong) bila 4 faktor yang mendasarinya terpenuhi:
1. Ada objek,
2. Mempunyai kehendak untuk berdusta,
3. Berusaha berdusta,
4. Orang lain mempercayai kata katanya.
Akibat dari perbuatan berbohong:
1. Mulut berbau busuk, berbicara tidak jelas,
2. Perkataannya tidak dipercayai,
3. Menjadi celaan para bijaksana,
4. Sering bertikai, hidup jauh dari kerukunan,
5. Mudah sakit hati atau tersingung oleh ucapan orang lain,
6. Terjauhkan dari kebenaran, tidak mempunyai kebijaksanaan luhur.
S?la ke- 5 adalah Sur?meraya majjapam?da??h?n? yang secara harfiah artinya mengkonsumsi minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
Faktor-faktor yang mendasari perbuatan yang dapat menyebabkan terlanggarnya sila ke lima, yaitu:
1. Adanya makanan, minuman yang dikategorikan memabukkan,
2. Mempunyai keinginan untuk mengkonsumsi,
3. Muncul usaha untuk mengkonsumsi,
4. Meminumnya lewat batas tenggorokan,
Sang Buddha, di A?guttara Nik?ya, Sutta Piaka, mengajarkan betapa besar akibat buruk dari perbuatan pemabukan: Duhai, para bhikkhu, peminum minuman keras (beralkohol) secara berlebihan dan terus menerus niscaya akan menyeret seseorang ke alam neraka, alam binatang, alam peta. Akibat yang paling ringan yang ditanggung oleh mereka yang karena kebajikannya, ia akan terlahir sebagai manusia yang gila.
Akibat pemabukan:
1. Terlahir kembali sebagi orang yang terganggu ingatannya,
2. Tingkat kesadarannya rendah,
3. Tidak mempunyai kecerdasan, pengetahuan,
4. Ceroboh, pikun, malas, tidak dipercaya oleh masyarakat,
5. Sulit mencari mata pencaharian.
Setelah mengetahui faktor-faktor terjadinya pelanggaran moralitas beserta dengan akibatnya, hendaknya kita bisa berupaya lebih baik lagi untuk menghindari pelanggaran sla. Karena dengan pelaksanaan moralitas ini sesungguhnya akan mendatangkan banyak hal-hal baik dapat muncul dalam kehidupan ini. Bahkan tidak hanya dalam kehidupan ini kehidupan mendatangpun akan memperoleh kebahagiaan di alam surga. Tidak hanya itu, bahkan yang menjadi tujuan utama dari umat Buddha nibbana juga salah satu faktornya adalah dengan melaksanakan moralitas. Oleh karena itu mari terus meningkatkan latihan guna menuju pada kondisi yang lebih baik lagi.
Sumber: A?guttara Nik?ya