Berbahagia Tinggal Di Indonesia
Patirupadesavaso ca, Pubbe ca kattapunnata,EtammangalamuttamaṁHidup di tempat yang sesuai, Berkat jasa-jasa hidup lampau, Itulah Berkah Utama(Maṅgala Sutta)
Patirupadesavaso ca
Baru saja kita merayakan ulang tahun kemerdekaan negara kita ke-66. Dirgahayu Indonesiaku. Ada yang mengatakan: Right or wrong is my country. Baik atau buruk itulah negaraku. Daripada hujan emas di negara orang, masih lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Apakah negara kita adalah negara yang layak ditempati sesuai dengan Dhamma?
Negara ataupun tempat kita hidup ataupun tinggal dapat dikatakan sesuai dengan Dhamma bilamana memenuhi beberapa persyaratan, yaitu bilamana negara / tempat tersebut:
1. Terjaga keamanan dan ketenteramannya, baik fisik maupun mental,
2. Terdapat kemakmuran, orang mudah mencari rezeki secara halal,
3. Menghormati para pertapa / bhikkhu (ulama),
4. Memberi kebebasan mereka membabarkan Dhamma,
5. Memberi kebebasan rakyatnya untuk beribadah sesuai keyakinannya,
6. Penguasa melaksanakan Dasa Raja Dhamma dalam mengelola negara,
Relatif bila melihat ke-enam persyaratan tersebut, Indonesia masih terbilang negara yang layak untuk ditempati. Kita masih memiliki Berkah Utama tinggal di negara ini dan upaya meningkatkan kesejahteraan bangsa masih perlu usaha keras dan tidak mudah karena menyangkut perubahan mental-spiritual para penguasa.
Masih banyak negara yang tidak patut ditempati oleh umat Buddha, seperti di negara negara Afrika Hitam yang dilanda perang antar suku, kelaparan dan kekeringan, korupsi yang merajalela dan penguasa yang sangat kejam.
Memang butir 6 masih menjadi masalah di negara kita, karena banyak penguasa dari pusat sampai daerah; dari penggede teratas sampai terkecil dilanda perbuatan melanggar sila kedua adinadana, pencurian atas kekayaan negara dan rakyat berupa korupsi.
Loba dosa moha meresapi hati sanubari penguasa dan pengusaha yang berimbas kepada perilaku rakyatnya.
Sang Buddha berpesan bahwa Cara terbaik bagi penguasa untuk memerintah negerinya adalah dengan cara mampu terlebih dahulu menguasai dirinya (The best way for a ruler to reign over his country is first of all to rule himself). Dialah yang patut dijuluki seorang Pahlawan Bangsa yang sejati.
Hampir sulit dicari contoh seorang penguasa Indonesia yang mendekati ciri Rajadhamma seperti tersebut diatas karena Mara Penggoda berdiam dihati mereka.
Keamanan Indonesia masih relatif masih aman dimana pemerintah begitu sigap dan cepat menangkapi para teroris yang berkedok fanatisme beragama. Terorisme memang mengancam seluruh dunia dan yang terakhir kita saksikan pembunuhan masal 63 anak muda di Norwegia yang dilakukan oleh seorang fundamentalis Kristen. Bagaimana kerusuhan antar ras melanda Inggris minggu lalu yang membakar pertokoan dimana-mana yang hampir merembet ke seluruh negeri. Hal ini kemungkinan akibat kesenjangan sosial dan kultural. Mungkin juga diakibatkan kurang memiliki rasa syukur bertempat tinggal yang lebih baik dari negaranya dan minta kesamaan hak yang kurang patut tanpa mempertimbangkan apa yang sudah mereka sumbangkan untuk negaranya yang baru.
Pubbe ca kattapunnata
Mengapa kita semua bisa lahir dan menetap di Indonesia, dan bukan di Afrika Hitam atau di Amerika Serikat atau Eropah. Kita masih menikmati kenyamanan dalam beberapa hal.
Hal ini tidak lain karena kita memiliki timbunan kebajikan dan kebaikan ( punna) pada masa lampau yang kita petik pada masa kini, baik berupa paras wajah, kesehatan, kekayaan, kehormatan dan kebahagiaan.
Saya sendiri bersyukur karena bisa lahir di Indonesia meski dari perut keturunan Muslim yang moderat. Bilamana saya waktu itu lahir di Malaysia dan dari perut seorang Muslim maka mustahil saya bisa memeluk agama Buddha apalagi menjadi bhikkhu. Di Malaysia bila seseorang sudah memeluk agama Islam, ia tidak diperkenankan oleh Undang-Undang untuk pindah agama. Orang Melayu tidak diijinkan beragama lain selain Islam. Demikian halnya bila saya lahir di jazirah Arab maka hal itu sangatlah tidak mungkin.
Karena itulah timbunan kusala-kamma masa lampau yang kita nikmati masa kini janganlah kita sia-siakan. Jangan sampai di kelahiran akan datang kita lahir di negara atau tempat yang mengerikan akibat kita melalaikan melaksanakan kebajikan (parami).
Kita tidak tahu sampai usia kapan kita bisa menuai kebajikan tersebut, sehingga kita seharusnya bergegas menanam kebajikan sebanyak mungkin sebagai bekal migrasi terpaksa ke alam yang lebih baik dari kondisi saat ini.
Kebajikan dan kebaikan yang kita timbun masa lampau dan masa kini merupakan Berkah Termulia untuk masa kini dan masa mendatang.
Semoga kita semua berbahagia adanya dalam lindungan Tiratana.