Berdana Bagaikan Bertani
Dānañca Dhammacariyā ca, Etammaṅgalamuttamaṁ’ti
Berdana dan melakukan kebajikan itulah berkah utama
(Maṅgala Sutta)
Buddha bersabda dalam Dhammapada syair 182, Kiccho manussapa?il?bho adalah sangat sulit untuk dapat terlahir sebagai manusia.
Kita kini berada di alam manusia, yang Sang Buddha katakan sangat sulit untuk mencapainya, maka hendaknya kita harus menggunakan kesempatan yang ada sebagai manusia ini dengan sebaik-baiknya. Kita harus isi lembaran-lembaran hari kita dengan kebajikan-kebajikan, agar semakin usia kehidupan kita bertambah, batin kita pun semakin bijaksana. Kita harus mengkondisikan kelahiran kita ini untuk menuju ke kelahiran yang akan datang di alam yang lebih baik, bukan malah jatuh ke alam-alam rendah. Agar kita bisa menuju kelahiran kita di alam yang lebih baik, maka diperlukan jasa-jasa kebajikan. Kalau belum bisa melakukan kebajikan yang lebih besar dan tinggi, mulailah dari yang dasar yaitu berdana.
D?na
D?na adalah kebajikan yang paling dasar dari kebajikan yang lain, dan mempunyai peranan yang sangat penting. Bagaikan pondasi dari suatu bangunan, karena pondasi bangunan adalah tempat berpijak tiang dan dinding dari suatu bangunan, semakin kuat dan kokoh pondasi suatu bangunan, maka semakin kuat dan kokoh juga bangunan tersebut. Begitu juga dengan d?na, semakin kuat kesadaran, ketulusan dan kerelaan seseorang dalam berdana, maka kebajikan-kebajikan yang lain akan mudah untuk dilakukan. D?na berada pada posisi pertama dalam sepuluh kualitas kesempurnaan (p?ram?) dan tiga landasan dalam perbuatan berjasa (pua kiriy? vatthu): D?na, S?la dan Bh?van?. Dan juga merupakan langkah pertama dalam uraian lima ajaran bertahap (paca anupubb?kath?): d?na, s?la, sagga, k?m?d?nava, dan nekkham?nisa?sa.
Perumpamaan tentang berdana
Agar lebih memudahkan dalam memahami proses berdana secara keseluruhan, uraian berikut akan diberikan perumpamaan berdana bagaikan bertani. Dalam Petavatthu, Khuddaka Nik?ya, Sutta Pitaka dikatakan: Penerima d?na bagaikan ladang (tanah), objek yang didanakan bagaikan biji (benih), Pemberi d?na bagaikan petani, dan hasil yang didapat bagaikan buah dari pohon yang ditanam.
Penerima d?na bagaikan ladang (Tanah)
Tanah ada berbagai jenis, ada yang tandus, ada yang kurang subur dan ada yang subur. Tanah yang subur sangat menentukan pertumbuhan dan juga produktivitas pohon yang ditanam. Rumput-rumput liar, batu-batuan, sampah plastik adalah tiga hal yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan pohon. Semakin sedikit kadar dari ketiga hal ini, semakin baik pertumbuhan pohon, karena suplai makanan dari tanah ke pohon dan pertumbuhan akar pohon dapat berjalan dengan baik. Apalagi bila ketiganya tidak ada, maka dapat dipastikan pohon yang ditanam di tanah tersebut akan tumbuh dengan sangat baik dan menjadi pohon yang sangat produktif.
Begitu juga kualitas moral si Penerima, ada yang tidak baik, ada yang biasa-biasa saja dan ada yang baik, dan juga kualitas batin si Penerima sangatlah menentukan hasil dari dna. Moral yang baik adalah bagaikan tanah yang subur. Rumput-rumput liar, batu-batuan, dan sampah plastik bagaikan keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Pengotor batin selalu mencemari kemurnian si Penerima, bagaikan rumput liar, batu-batuan, sampah plastik yang mencemari tanah yang subur. Semakin baik kualitas moral dan kualitas batin si Penerima maka semakin besar pula buah kebajikan akan diperoleh.
Objek yang didanakan bagaikan biji (benih)
Biji (benih) ada yang kualitas tidak baik, kurang baik, dan kualitas yang baik (unggul). Kualitas biji akan menentukan kualitas dari pohon maupun buahnya. Bibit yang unggul akan memberikan hasil yang baik, asalkan didukung dengan faktor-faktor pendukung lainnya juga berkualitas baik. Begitu juga biji kualitas rendah akan memberikan hasil yang kurang baik.
Jumlah biji yang ditanam akan mempengaruhi jumlah yang diperoleh, semakin banyak biji yang ditanam semakin banyak pula buah yang diperoleh. Sama halnya dengan barang yang akan diberikan, ada barang yang kurang baik, ada barang yang berkualitas baik. Barang-barang yang diperoleh dari hasil yang sesuai Dhamma adalah barang yang berkulitas baik, tetapi barang yang diperoleh dari hasil pelanggaran Dhamma adalah barang yang tidak berkulitas baik. Jumlah barang yang diberikan bagaikan jumlah biji yang akan ditanam, semakin banyak barang yang diberikan semakin besar hasil yang diharapkan.
Pemberi d?na bagaikan Petani
Petani harus pandai dalam memilih ladang, benih, dan tahu musim dalam menanam benih. Sebelum ladang ditanami benih harus dipersiapkan dengan matang, sebelum biji ditanam harus dipastikan bijinya dalam keadaan baik, tidak berjamur, tidak rusak, tidak dimakan kutu dan sebagainya. Hal ini adalah tahap persiapan sebelum biji ditanam. Demikian juga dengan si Pemberi harus mencari si Penerima yang tepat, mempersiapkan barang yang akan diberikan dengan baik, dan dengan bijaksana mencari waktu yang tepat. Semua ini adalah tahapan sebelum berdana (Pubba cetan?).
Petani harus mengetahui cara menanam biji dengan baik dan benar. Contohnya: biji harus ditangani dengan hati-hati, agar kualitasnya tidak rusak, biji tidak dipendam terlalu dalam atau terlalu rendah, biji ditanam dengan mata tunas tidak terbalik. Sama seperti si Petani, si Pemberi juga harus hati-hati dalam mempersembahkan d?na, disampaikan secara langsung kepada si Penerima, dengan pikiran baik dan rasa hormat yang tulus, ini adalah tahapan saat berdana (Muca cetan?).
Setelah bibit ditanam, petani harus merawatnya agar tunas yang baru tumbuh tidak dimakan hama, atau terinjak oleh binatang. Petani harus menyirami, memberi pupuk, dan mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitarnya, sehingga pohon dapat tumbuh dengan baik, menjadi pohon yang subur, kuat dan produktif. Inilah tahap akhir dari perawatan setelah biji ditanam. Si pemberi juga harus bisa menjaga kemurnian moralnya, tidak menyesal atas dana yang sudah diberikan, munculkan rasa bahagia setelah memberi, semua ini adalah tahapan sesudah berdana (Apara cetan?).
Hasil berdana bagaikan buah dari pohon
Semakin pandai sang petani dalam memilih ladang, memilih bibit, menanam bibit dan merawat pohonnya, maka semakin banyak buah yang akan dipanen. Begitu juga dengan si Pemberi, dia yang berdana pada penerima yang baik, memberikan barang yang baik, dan menjaga pikiran yang baik, sebelum berdana, ketika berdana dan setelah berdana, dapat dipastikan jasa kebajikan yang didapatnya akan berlimpah.
Mari berdanalah seperti petani yang pandai.
Kita kini berada di alam manusia, yang Sang Buddha katakan sangat sulit untuk mencapainya, maka hendaknya kita harus menggunakan kesempatan yang ada sebagai manusia ini dengan sebaik-baiknya. Kita harus isi lembaran-lembaran hari kita dengan kebajikan-kebajikan, agar semakin usia kehidupan kita bertambah, batin kita pun semakin bijaksana. Kita harus mengkondisikan kelahiran kita ini untuk menuju ke kelahiran yang akan datang di alam yang lebih baik, bukan malah jatuh ke alam-alam rendah. Agar kita bisa menuju kelahiran kita di alam yang lebih baik, maka diperlukan jasa-jasa kebajikan. Kalau belum bisa melakukan kebajikan yang lebih besar dan tinggi, mulailah dari yang dasar yaitu berdana.
D?na
D?na adalah kebajikan yang paling dasar dari kebajikan yang lain, dan mempunyai peranan yang sangat penting. Bagaikan pondasi dari suatu bangunan, karena pondasi bangunan adalah tempat berpijak tiang dan dinding dari suatu bangunan, semakin kuat dan kokoh pondasi suatu bangunan, maka semakin kuat dan kokoh juga bangunan tersebut. Begitu juga dengan d?na, semakin kuat kesadaran, ketulusan dan kerelaan seseorang dalam berdana, maka kebajikan-kebajikan yang lain akan mudah untuk dilakukan. D?na berada pada posisi pertama dalam sepuluh kualitas kesempurnaan (p?ram?) dan tiga landasan dalam perbuatan berjasa (pua kiriy? vatthu): D?na, S?la dan Bh?van?. Dan juga merupakan langkah pertama dalam uraian lima ajaran bertahap (paca anupubb?kath?): d?na, s?la, sagga, k?m?d?nava, dan nekkham?nisa?sa.
Perumpamaan tentang berdana
Agar lebih memudahkan dalam memahami proses berdana secara keseluruhan, uraian berikut akan diberikan perumpamaan berdana bagaikan bertani. Dalam Petavatthu, Khuddaka Nik?ya, Sutta Pitaka dikatakan: Penerima d?na bagaikan ladang (tanah), objek yang didanakan bagaikan biji (benih), Pemberi d?na bagaikan petani, dan hasil yang didapat bagaikan buah dari pohon yang ditanam.
Penerima d?na bagaikan ladang (Tanah)
Tanah ada berbagai jenis, ada yang tandus, ada yang kurang subur dan ada yang subur. Tanah yang subur sangat menentukan pertumbuhan dan juga produktivitas pohon yang ditanam. Rumput-rumput liar, batu-batuan, sampah plastik adalah tiga hal yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan pohon. Semakin sedikit kadar dari ketiga hal ini, semakin baik pertumbuhan pohon, karena suplai makanan dari tanah ke pohon dan pertumbuhan akar pohon dapat berjalan dengan baik. Apalagi bila ketiganya tidak ada, maka dapat dipastikan pohon yang ditanam di tanah tersebut akan tumbuh dengan sangat baik dan menjadi pohon yang sangat produktif.
Begitu juga kualitas moral si Penerima, ada yang tidak baik, ada yang biasa-biasa saja dan ada yang baik, dan juga kualitas batin si Penerima sangatlah menentukan hasil dari dna. Moral yang baik adalah bagaikan tanah yang subur. Rumput-rumput liar, batu-batuan, dan sampah plastik bagaikan keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Pengotor batin selalu mencemari kemurnian si Penerima, bagaikan rumput liar, batu-batuan, sampah plastik yang mencemari tanah yang subur. Semakin baik kualitas moral dan kualitas batin si Penerima maka semakin besar pula buah kebajikan akan diperoleh.
Objek yang didanakan bagaikan biji (benih)
Biji (benih) ada yang kualitas tidak baik, kurang baik, dan kualitas yang baik (unggul). Kualitas biji akan menentukan kualitas dari pohon maupun buahnya. Bibit yang unggul akan memberikan hasil yang baik, asalkan didukung dengan faktor-faktor pendukung lainnya juga berkualitas baik. Begitu juga biji kualitas rendah akan memberikan hasil yang kurang baik.
Jumlah biji yang ditanam akan mempengaruhi jumlah yang diperoleh, semakin banyak biji yang ditanam semakin banyak pula buah yang diperoleh. Sama halnya dengan barang yang akan diberikan, ada barang yang kurang baik, ada barang yang berkualitas baik. Barang-barang yang diperoleh dari hasil yang sesuai Dhamma adalah barang yang berkulitas baik, tetapi barang yang diperoleh dari hasil pelanggaran Dhamma adalah barang yang tidak berkulitas baik. Jumlah barang yang diberikan bagaikan jumlah biji yang akan ditanam, semakin banyak barang yang diberikan semakin besar hasil yang diharapkan.
Pemberi d?na bagaikan Petani
Petani harus pandai dalam memilih ladang, benih, dan tahu musim dalam menanam benih. Sebelum ladang ditanami benih harus dipersiapkan dengan matang, sebelum biji ditanam harus dipastikan bijinya dalam keadaan baik, tidak berjamur, tidak rusak, tidak dimakan kutu dan sebagainya. Hal ini adalah tahap persiapan sebelum biji ditanam. Demikian juga dengan si Pemberi harus mencari si Penerima yang tepat, mempersiapkan barang yang akan diberikan dengan baik, dan dengan bijaksana mencari waktu yang tepat. Semua ini adalah tahapan sebelum berdana (Pubba cetan?).
Petani harus mengetahui cara menanam biji dengan baik dan benar. Contohnya: biji harus ditangani dengan hati-hati, agar kualitasnya tidak rusak, biji tidak dipendam terlalu dalam atau terlalu rendah, biji ditanam dengan mata tunas tidak terbalik. Sama seperti si Petani, si Pemberi juga harus hati-hati dalam mempersembahkan d?na, disampaikan secara langsung kepada si Penerima, dengan pikiran baik dan rasa hormat yang tulus, ini adalah tahapan saat berdana (Muca cetan?).
Setelah bibit ditanam, petani harus merawatnya agar tunas yang baru tumbuh tidak dimakan hama, atau terinjak oleh binatang. Petani harus menyirami, memberi pupuk, dan mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitarnya, sehingga pohon dapat tumbuh dengan baik, menjadi pohon yang subur, kuat dan produktif. Inilah tahap akhir dari perawatan setelah biji ditanam. Si pemberi juga harus bisa menjaga kemurnian moralnya, tidak menyesal atas dana yang sudah diberikan, munculkan rasa bahagia setelah memberi, semua ini adalah tahapan sesudah berdana (Apara cetan?).
Hasil berdana bagaikan buah dari pohon
Semakin pandai sang petani dalam memilih ladang, memilih bibit, menanam bibit dan merawat pohonnya, maka semakin banyak buah yang akan dipanen. Begitu juga dengan si Pemberi, dia yang berdana pada penerima yang baik, memberikan barang yang baik, dan menjaga pikiran yang baik, sebelum berdana, ketika berdana dan setelah berdana, dapat dipastikan jasa kebajikan yang didapatnya akan berlimpah.
Mari berdanalah seperti petani yang pandai.