DHAMMA LAKSANA SAMUDRA
Yo Dhammaṁ desesi adikalyanaṁmajjhekalyanaṁ pariyosanakalyanaṁ’tiDhamma itu Indah pada awalnya,Indah pada pertengahannya, Indah pada akhirnya.(Aṅguttara Nikāya)
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samm?sambuddhassa
Kalimat Dhamma di atas tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai umat Buddha. Ada beberapa penjelasan tentang pengertian dari ungkapan tersebut. Salah satunya adalah demikian: Dhamma Indah Pada Awalnya adalah menjelaskan aspek pertama dari Dhamma. Aspek pertama dari Dhamma adalah teori (pariyatti), yang bisa kita lakukan dengan membaca buku-buku Dhamma, mendengar Dhammadesana, diskusi dan lainnya. Keindahan pertama kita temukan bahwa pada tahap teori Dhamma mengarahkan kita untuk bebas dari lobha (keserakahan), dosa (kebencian), moha (kebodohan batin).
Dhamma Indah Pada Pertengahannya adalah menjelaskan aspek kedua dari Dhamma. Aspek kedua dari Dhamma adalah Praktik, pelaksanaan, penerapan Dhamma dalam keseharian (patipatti): praktik dana, sila dan bhavana. Arah dari praktik Dhamma ini bertujuan sama seperti teori Dhamma, yaitu melenyapkan lobha, dosa, dan moha. Inilah keindahan kedua.
Dhamma Indah Pada Akhirnya adalah menjelaskan hasil dari teori dan praktik (pativedha) yaitu tercapainya pelenyapan lobha, dosa, moha, tercapainya tingkat-tingkat kesucian. Inilah keindahan ketiga dari Dhamma. Mungkin teori dan praktik Dhamma yang kita jalani belum membuahkan tercapainya kesucian, tetapi setidaknya dengan teori dan praktik Dhamma yang sudah kita lakukan membuat batin kita lebih maju, baik dan bijak dalam menyikapi persoalan kehidupan.
Dhamma Laksana Samudra
Dalam Pah?rada Sutta dari Kitab Suci A?guttara Nik?ya, Atthakanipatapali, Sang Buddha memberikan perumpamaan bahwa Dhamma Vinaya yang Beliau ajarkan seperti samudra atau lautan luas. Ada delapan perumpamaan yang Beliau jelaskan dalam Sutta ini, yaitu :
1.
Seperti halnya samudra luas yang airnya naik pelan-pelan, turun juga pelan-pelan, melandai dengan perlahan, tidak tajam seperti tebing jurang; demikian pula di dalam Dhamma Vinaya ada teori yang bertahap, praktik bertahap, kemajuan bertahap, tidak ada penembusan (pencapaian kesucian) tiba-tiba.
2.
Seperti halnya samudra luas yang stabil dan tidak meluap keluar dari batas-batasnya; demikian pula ketika Aku menetapkan peraturan latihan pada siswa-Ku, mereka tidak akan melanggarnya bahkan demi kehidupan ini.
3.
Seperti halnya samudra luas tidak menerima tubuh yang mati, mayat, melainkan dengan cepat akan membawanya ke pantai dan melemparkannya ke daratan; demikian pula sagha tidak menerima di dalam jajarannya seseorang tidak bermoral, berwatak jelek, berperilaku tidak murni dan mencurigakan, licik dalam tindakan, bukan petapa sejati melainkan petapa yang berpura-pura sebagai petapa, tidak selibat tetapi berpura-pura selibat, busuk pada dasarnya, penuh nafsu, dan bertingkah laku rendah.
4.
Seperti halnya sungai-sungai besar yang mengalir ke dalam samudra luas kehilangan nama dan asal aslinya dan kemudian dikenal samudra luas saja; demikian pula ketika para anggota empat kasta bangsawan, brahmana, rakyat biasa dan kaum papa- meninggalkan kehidupan berumah dan masuk ke dalam kehidupan tanpa rumah di dalam Dhamma Vinaya yang dinyatakan oleh Sang Tathagata, mereka kehilangan nama dan keturunan lama mereka dan kemudian dikenal hanya sebagai petapa yang mengikuti putra Sakya.
5.
Seperti halnya samudra luas yang tidak berkurang atau bertambah meskipun semua sungai mengalir ke dalamnya dan hujan tercurah dari langit ke dalamnya; demikian pula sekalipun banyak bhikkhu mencapai tujuan akhir Nibb?na, dalam elemen Nibb?na yang tiada lagi tersisa, tidak ada penambahan ataupun pengurangan di dalam elemen Nibb?na yang tiada lagi tersisa.
6.
Seperti halnya samudra luas yang airnya hanya memiliki satu rasa, rasa garam (asin), demikian pula Dhamma Vinaya hanya memiliki satu rasa, rasa kebebasan (vimutti raso).
7.
Seperti halnya samudra luas ada banyak dan beraneka benda berharga seperti misalnya mutiara, permata dan lain-lain, demikian pula dalam Dhamma Vinaya ada banyak sekali ajaran berharga di dalamnya: empat landasan kewaspadaan, empat usaha benar, empat landasan keberhasilan, lima kemampuan spiritual, lima kekuatan spiritual, tujuh faktor pencerahan, Jalan Mulia Beruas Delapan.
8.
Seperti halnya samudra luas yang menjadi tempat kediaman banyak makhluk besar; demikian pula Dhamma Vinaya menjadi tempat kediaman orang-orang besar; sotapana, sakadagami, anagami dan arahatta.
Kesimpulan
Begitu Indah Dhamma yang diajarkan Sang Buddha, marilah kita berusaha belajar dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, demi tercapainya tujuan tertinggi, yaitu Bebas dari semua derita.
Sumber:
Petikan A?guttara Nik?ya, Klaten.