Menabur Benih Kebaikan
Namo Tassa Bhagavato Arahato SammāsambuddhassaNa hi taṁ sulabhaṁ hoti, sukhaṁ dukkaṭakārināKebahagiaan tidak mudah diperoleh bagi orang yang melakukan perbuatan buruk(Saṁyutta Nikāya, Piya Sutta)
Buddha adalah sesosok guru agama yang sangat aktif dan energik, selain juga cerdas dan bijaksana. Beliau menganjurkan orang-orang untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seorang umat Buddha tidak seharusnya menjadi malas dan seenaknya serta menyalahkan agama Buddha untuk segala kegagalannya. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa setiap dari kita bertanggung jawab terhadap tindakan kita sendiri, dan setiap dari kita mampu menentukan nasib kita sendiri. Kita sepantasnya mempertimbangkan dengan hati-hati sebelum melakukan kejahatan apapun, dan sebaliknya berusaha melakukan kebajikan setiap saat.
Ketika Buddha telah parinibb?na, tongkat estafet ajaran Buddha dijaga dan dibabarkan oleh para bhikkhu. Beberapa umat Buddha menyalahartikan peran seorang bhikkhu. Masih banyak yang menganggap bahwa seorang bhikkhu ahli dalam meramal, memiliki beragam kesaktian, ahli nujum seperti seorang dukun, dan bahkan ada beberapa lainnya yang menyangka bahwa seorang bhikkhu itu kerjaannya memburu, mengusir dan menangkap hantu.
Para bhikkhu memang tidak mengajarkan anda cara berbisnis dan berdagang, juga tidak membuka usaha sampingan dengan menjadi peramal seperti meramal nasib, menerawang, membaca bentuk wajah, membaca garis tangan, atau bahkan meramal nomor undian yang akan keluar, dan juga para bhikkhu bukanlah ahli nujum seperti dukun yang kerjanya berada di balik layar untuk kirim santet dan pelet. Terlebih lagi para bhikkhu juga bukanlah sesosok orang yang berperan antagonis sebagai pengusir hantu dan setan dengan paritta yang dibacanya.
Para bhikkhu sebagai generasi penerus sagha dan penjaga Dhamma, mengajarkan kepada umat tentang cara untuk memperoleh ketenangan batin, kedewasaan dalam berpikir dan bertindak terhadap perubahan, mewartakan anjuran Buddha agar umat senantiasa berada dalam jalur kebaikan, mengurangi segala bentuk perilaku buruk, dan senantiasa melihat ke dalam batin masing-masing terhadap kekotoran batin yang perlu dibersihkan.
Permintaan yang umumnya diinginkan
Dalam A?guttara Nik?ya V.43, Ittha Sutta, Buddha berbicara kepada perumah-tangga Anathapindika demikian:
Perumah-tangga, ada lima hal yang diinginkan, dicintai dan disukai tetapi jarang diperoleh di dunia ini. Apakah yang lima itu? Umur panjang, keelokan, kebahagiaan, kemashyuran dan kelahiran ulang di surga. Tetapi dari lima hal itu, perumah-tangga, aku tidak mengajarkan bahwa kelimanya harus dicapai lewat doa. Seandainya saja orang dapat memperolehnya lewat doa, siapa yang tidak akan memperolehnya?
Perumah-tangga, bagi seorang siswa agung yang menginginkan kehidupan yang panjang, keelokan, kebahagiaan, kemashyuran dan kelahiran ulang di surga, tidaklah sesuai bila dia hanya sekadar berdoa untuk hal-hal itu. Sebaiknya dia justru mengikuti jalan kehidupan yang menopang untuk kehidupan yang panjang, keelokan, kebahagiaan, kemashyuran dan kelahiran ulang di surga. Dengan mengikuti jalan itu, dia akan memperoleh umur panjang, keelokan, kebahagiaan, kemashyuran dan kelahiran ulang di surga.
Kisah-kisah inspiratif
Jika kita mau sejenak membaca kisah-kisah tentang perumah tangga yang hidup pada zaman Buddha, mereka menikmati buah kebahagiaan dari benih-benih kebaikan yang telah lama mereka tanam sepanjang siklus sa?sara yang mereka lalui. Ketika mereka hidup pada zaman kemunculan Buddha, mereka tidak lantas bertemu dengan Buddha dan meminta berbagai macam permintaan, seperti: O Buddha berikanlah saya harta yang berlimpah, berikanlah saya usia panjang, berikanlah saya kesehatan, dan kekuatan. Harus dipahami di sini bahwa Buddha bukanlah sesosok pengabul segala macam permintaan, tetapi Buddha merupakan sesosok guru agung yang dapat dijadikan sarana untuk menanam jasa baik.
Salah satu contoh perumah tangga yang bertekad di dalam kebaikan setelah melakukan kebaikan kepada Buddha yang terkenal dengan sebutan Riwayat orang kaya yang kekayaannya tidak pernah habis, yaitu:
Jotika (Anak yang Gemerlap): Kehidupan lampau sebagai petani tebu, berdana kepada Pacceka Buddha dan kemudian bertekad Yang Mulia, semoga aku menikmati kemewahan di alam dewa dan manusia dan akhirnya mencapai Dhamma seperti yang telah engkau capai. Pacceka Buddha menjawab: Semoga cita-citamu tercapai. Kemudian, terlahir lagi pada zaman Buddha Vipass? sebagai Apar?jita, berdana ku?? kepada Buddha Vipass? yang begitu megah, mewah dan berhiaskan tujuh jenis batu permata dan kemudian bertekad Yang Mulia, mulai hari ini, semoga tidak seorang pun, bahkan seratus raja atau perampok yang dapat merampokku atau dengan cara apapun untuk mengambil hartaku, semua hartaku, bahkan hanya sekecil helai benang. Semoga tidak ada api yang membakar hartaku. Semoga tidak ada banjir yang menghanyutkan hartaku. Buddha Vipass? membalas: Semoga semua keinginanmu tercapai. Ketika terlahir pada zaman Buddha Gotama sebagai Jotika yang memiliki harta kekayaan yang tidak dapat habis dan tidak dapat dicuri oleh siapapun dan bahkan Jotika, karena hartanya yang berlimpah dijadikan bendaharawan kerajaan. Akhirnya, Jotika memutuskan menjadi bhikkhu, setelah berlatih dengan tekun, Jotika menjadi seorang Arahanta dan dikenal dengan Thera Jotika.
Bertekad di dalam kebaikan
Kesempatan untuk melakukan kebaikan terbuka lebar bagi kita semua, demikian juga kesempatan untuk melakukan perbuatan buruk dengan leluasanya dapat kita lakukan. Kita tidak akan memperoleh berkah jika kita hanya sekadar membacanya berulang-ulang tanpa mempraktikkannya, kita tidak akan bisa menumbuhkan cinta kasih jika kita terus menerus menuruti emosi yang didasari oleh kebencian. Dunia ini menawarkan berbagai macam pilihan. Pilihlah yang baik bukan yang buruk. Jadilah orang penuh kebaikan, bukan orang dengan banyak kejahatan.
Kemudian, bertekadlah di dalam kebaikan yang telah anda lakukan: Dengan kekuatan kebaikan yang saya lakukan melalui ucapan, pikiran dan badan jasmani semoga membuahkan kebahagiaan dalam bentuk usia panjang, kesehatan, harta yang berlimpah dan terlahir di alam-alam bahagia. Dengan demikian, kita menjadikan diri sebagai pelindung bagi diri kita sendiri dalam mengarungi siklus sa?sara ini.
Tumbuhkan semangat religius, keyakinan yang semakin kokok di dalam Buddha Dhamma, dan hari-hari yang anda lalui dipenuhi oleh kebaikan sehingga kita bisa menjadi murid yang taat terhadap Guru Agung kita Buddha Gotama, dengan senantiasa mempraktikkan Dhamma, yang masih dijaga oleh para bhikkhu anggota Sa?gha hingga saat ini.