SEMUA MAKHLUK HIDUP DARI MAKANAN
Sabbe Sattā Āhāratitika’tiSemua Makhluk Hidup dari Makanan(Kumarapañha – Khuddaka-Pāṭha)
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samm?sambuddhassa
Bicara tentang hidup dari makhluk hidup terutama manusia, cukup sering muncul kata-kata yang sebenarnya sangat mengganggu telinga kita dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata itu memang seolah-olah menjadi sebuah pertanyaan yaitu; Apakah kita hidup untuk makan atau makan untuk hidup?
Bagaimana menjawab pertanyaan itu terkadang bisa muncul kesan juga bahwa kalau orang yang bertanya dengan kata-kata itu seperti ada unsur main-main.
Apa sesungguhnya yang dimengerti dari istilah itu, semestinya kita tidak semata-mata atau tidak terlalu berpatok pada istilah, namun yang lebih penting dari itu adalah pemahaman dan pengertian kita mengenai hidup dan kehidupan secara benar. Kita perlu menggali apa yang terpenting terkait kehidupan kita dan semua makhluk pada umumnya. Untuk itu mari kita tinjau pembahasan di bawah ini lebih lanjut.
Hidup tak mungkin bisa bertahan tanpa makanan
Manusia berbeda dengan hewan yang hidup hanya untuk makan, namun manusia berpikir untuk berbuat dan bertindak bagaimana hidup ini bisa bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain bahkan semua makhluk. Dalam hal lain sebagaimana kita mempelajari dari konsep Dhamma bahwa keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam proses kehidupan nyata sangatlah tidak bisa terlepas satu sama lain di antara semua unsur yang tergabung dalam hidup ini. Satu sama lain saling membutuhkan, saling membantu, saling menopang, saling kait mengkait yang satu tidak bisa berada/berlangsung tanpa yang lain.
Dalam Kumarapaha Sutta bagian dari Khuddaka-P??ha, ada pertanyaan anak kecil demikian: Eka? namaki?? (apakah yang satu itu?). Jawabannya: Sabbe satta ?h?ratitika (Semua makhluk hidup dari makanan).
Kesehatan Fisik Tergantung Makanan Penopang
Fisik kita sebagai manusia membutuhkan makanan untuk menopang hidupnya. Jika kita melihat pada umumnya manusia ada yang sehat secara fisik dan ada juga yang sering sakit. Mengapa demikian? Salah satu faktor penyebabnya adalah makanan yang kurang bergizi, kurang makan atau bahkan ada yang memang gara-gara salah makan jadi jatuh sakit bahkan mati karena fisiknya keracunan makanan. Hal itu terjadi sehingga hidupnya pun menjadi terganggu, tidak bisa berbuat banyak untuk kepentingan-kepentingan yang terkait dengan aktivitas sehari-hari yang seharusnya sangat diperlukan untuk kemajuan hidupnya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, kita bisa melihat dalam aktivitas sehari-hari makanan terus dicari dan dicari demi kelangsungan hidup. Bagaimana dengan aktivitas mental atau batin, tentu juga tidak bisa diabaikan. Ada orang yang memang membutuhkan banyak makanan, tetapi juga ada yang tidak terlalu perlu banyak makanan bisa hidup. Namun sangat tidak mungkin terjadi, hidup bisa berlangsung tidak perlu makanan.
Jika kita lihat kutipan dalam kalimat tersebut di atas (fisik kita sebagai manusia membutuhkan makanan untuk menopang hidupnya), maknanya berbeda dengan kata-kata yang muncul di masyarakat luas pada umumnya dengan yang saya sudah sebutkan di atas, apakah kita hidup untuk makan atau makan untuk hidup.
Hidup yang dialami oleh semua makhluk di mana-mana di dunia ini jelas terkondisi atas dasar proses yang tentu saja tergantung pada unsur-unsur yang dapat menopang berlangsungnya hidup itu sendiri. Tanpa ada keikutsertaan unsur-unsur penopang, sudah pasti hidup dari makhluk apapun tidak akan bisa bertahan, tidak akan bisa berlangsung. Sedikit atau banyak tetap dibutuhkan makanan untuk memperoleh gizi dan menjadi sumber energi sehingga fisik yang sehat dapat diperoleh dan mental juga terbantu untuk bertahan dan berkelanjutan.
Ada hal yang cukup sering terungkap dalam berbagai kesempatan bincang-bincang atau membahas Dhamma bahwa bilamana hidup kita bisa terjamin secara fisik dan mental sehat, kuat, stabil, mantap, damai, harmonis, sejahtera, dan bahagia. Maka seharusnya kita juga dapat berbuat sesuatu untuk kebahagiaan orang lain bahkan semua makhluk lain.
Energi berasal dari makanan yang dikonsumsi dibutuhkan demi mempertahankan kekuatan fisik untuk menopang hidup setiap makhluk. Jika fisik setiap makhluk kekurangan apalagi hilang energi, maka fisik itu lemah sehingga hidupnya menjadi terganggu, tidak seimbang, labil bahkan kematian pun bisa dengan segera tiba.
Kesehatan Mental Tergantung Santapannya
Sebagaimana sudah disinggung di atas bahwa kesehatan mental manusia tidak bisa diabaikan begitu saja tanpa memperhatikan keberadaannya setiap saat dalam kehidupan kita. Justru jika kita dapat memahami secara benar, fisik kita bisa terjaga kesehatannya dengan baik, sebenarnya karena faktor mental yang sehat. Kalau mental seseorang sehat, maka fisiknya akan terawat pula dengan baik. Memang ada juga orang yang memiliki fisik terlihat sehat, gemuk, bahkan kuat kekar, namun mentalnya justru rapuh. Sebaliknya juga ada orang yang memiliki fisik sakit-sakitan namun secara mental cukup sehat bahkan sangat sehat. Contoh: ada orang yang badan atau fisiknya sakit sampai rusak parah, tapi dia tetap bisa tenang dan terkesan tidak terpengaruh oleh fisiknya yang seolah-olah menjadi sarang penyakit itu. Apakah bisa demikian? Yah, memang tidaklah semudah itu.
Mental atau batin setiap orang memang sesungguhnya sangat penting mendapatkan perhatian dan kepedulian dari kita sendiri yang merasa perlu hidup sehat dan bahagia.
Mental yang mendapatkan santapan batin yang cukup akan dapat mempengaruhi dan merawat fisik yang ada. Dengan demikian hidup menjadi harmonis, damai, dan tenang serta bahagia.
Jika fisik kita memerlukan makanan yang jelas terlihat/tampak berupa berbagai macam makanan olahan ataupun yang masih asli dipetik dari pohonnya. Namun bagaimana dengan makanan (santapan) batin (mental)? Hal ini tentu akan bisa dimengerti oleh kita jika sudah memberi santapan batin kita. Artinya, batin kita yang terisi santapanlah yang bisa mengerti. Nah, bentuk santapan batin adalah Dhamma yang diucapkan, diuraikan dalam bentuk kata-kata, seperti ceramah, bimbingan, nasihat, petunjuk-petunjuk, dan lain sebagainya. Mental yang mendapat santapan cukup tentu akan sehat dan menjadi penting untuk juga merawat fisik yang ada.
Oleh karena itu, perhatikan dengan sebaik-baiknya bahwa mental dan fisik itu saling bergantungan satu sama lain.
Jagalah makanan untuk hidup kita baik secara fisik maupun mental, rawatlah kedua-duanya demi kesehatan hidup kita untuk mengabdi kepada masyarakat luas sehingga hidup menjadi bersama bahagia, damai, dan sejahtera.
Semoga kita dapat mengelola hidup kita masing-masing untuk bisa bersama-sama merasakan hidup yang damai.
Sekian dan terima kasih.