DHAMMA – MANTA
“Yoniso Vicine Dhammaÿ ‘ti “, Hayatilah Dhamma dengan teliti dan cermat.
Dhamma sebagai hakikat yang universal atau Kebenaran Mutlak (Paramatha–sacca) tidak membedakan siapapun juga. Barang siapa mempraktikkan Dhamma dengan benar akan memperoleh hasilnya berupa Kebahagiaan, ketentraman dalam hidupnya. Seperti orang sakit yang minum obat, bilamana obat itu digunakan sesuai peraturannya dapat menyembuhkan penyakit dengan tepat. Maka penghayatan Dhamma hendaknya pula diteliti dengan cermat baru kemudian dipraktikkan. Dengan cara ini maka ketentraman akan muncul sebagai buahnya.
Sebaliknya, bilamana Dhamma dipraktikkan secara salah, maka akibatnya akan menimbulkan kesesatan dan tidak mungkin menimbulkan kehidupan yang bahagia dan tentram. Dalam Alagadupamma-sutta, Buddha Gotama menyatakan bahwa praktik Dhamma yang salah seperti menangkap ular berbisa pada ekornya, akan menimbulkan bahaya.
Sangat diperlukan sikap teliti dan cermat bagi umat Buddha dalam menghayati Dhamma, agar memperoleh pengertian yang benar tentang hakikat Dhamma. Dhamma adalah laksana rakit yang bermanfaat bilamana dikayuh untuk melawan arus. Dhamma juga harus dipraktikkan untuk melawan arus banjir lobha, dosa, dan moha sehingga pada akhirnya dapat membebaskan diri kita dengan sempurna sampai di pantai seberang, di mana tidak ada lagi arus nafsu rendah dan dapat mencapai tingkat kebuddhaan.
Barang siapa yang mempraktikkan Dhamma dengan benar, apakah umat Buddha atau bukan akan memperoleh hasil yang sama. Ada suatu kejadian yang nyata, seorang yang bukan beragama Buddha suatu waktu dia mengalami stres berat. Kemudian berjumpa dengan seorang temannya umat Buddha yang mempraktikkan samadhi. Dari temannya itulah dia belajar cara samadhi yang benar, sehingga stresnya hilang.
Sebaliknya seorang umat Buddha yang hanya bicara Dhamma tetapi tidak praktik Dhamma dengan benar, juga tidak ada garansi memperoleh kebahagiaan.
Kalau Umat Buddha tidak teliti dan cermat maka bisa tersesat jauh sehingga nama Buddha hanya digunakan sebagai kedok untuk mencari nafkah (materi). Akibatnya bermunculan kelompok baru yang berlebel Buddha tetapi tidak mengajarkan Buddha Dhamma yeng benar melainkan menyesatkan umat Buddha dengan menampilkan kesaktian (iddhi) yang bukan menjadi tujuan dari Buddha Dhamma.
Dalam Dhammapada Atthakatha, diceritakan bahwa Arahat Pindola Baradvaja karena melihat penghinaan kaum petapa terhadap Buddha, menunjukkan kesaktian mengambil mangkuk kayu cendana yang digantung di atas tiang tanpa menyentuhnya. Ketika Buddha Gotama mengetahuinya, Beliau mengeluarkan peraturan (Vinaya) yaitu suatu pelanggaran bagi seorang bhikkhu yang memamerkan kesaktian yang dimilikinya. Bilamana bhikkhu tersebut berbohong menyatakan dirinya memiliki kesaktian, maka ia melakukan pelanggaran berat (Parajika).
Kejadian tersebut menjadi peringatan bahwa Dhamma yang benar bertujuan membebaskan umat manusia dari Dukkha, bukan terikat dengan hal sampingan yang biasanya menyesatkan. Ajaran Buddha menjelaskan bahwa kesaktian (iddhi) bersifat tidak kekal karena hanya merupakan hasil pencapaian jhana dalam Samatha – Bh?van?. Sebaliknya Paññ? (Kebijaksanaan) adalah kekal karena merupakan hasil dari Vipassan? Bh?van? yang dapat membebaskan manusia dari Dukkha.
Anggulimala sebelum menjadi siswa Buddha telah memiliki kesaktian (iddhi), tetapi batinnya belum suci. Baru setelah mendapat bimbingan Buddha Gotama, Anggulimala mencapai kesucian batin. Jadi hanya kesaktian Dhamma (Dhammamanta) yang dapat mensucikan diri seseorang.
Dalam mengagungkan Hari Suci Asadha yang ke 2606/2017 yang disebut juga sebagai hari Dhamma, Umat Buddha memperingati pertama kalinya Dhamma dibabarkan oleh Buddha Gotama kepada Lima pertapa (Pañca Vaggiya).
Merupakan saat yang tepat bagi umat Buddha menyegarkan penghayatan Dhamma. Karena bila tidak ada penghayatan yang berulang-ulang, pengertian yang benar tidak akan lahir. Padahal pengertian yang benar ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan Dhamma – Manta yang bisa merealisir Kebebasan Sempurna (Nibb?na).
Memperingati hari ulang tahun SIMA yang ke 32 semoga kita semua diberkahi oleh Sang Tiratana.
Sabbe Satt? Bhavantu Sukhitatt?, Semoga semua makhluk hidup berbahagia.