KEMENANGAN TANPA PERTIKAIAN
Akkodhena jine kodhaṁ, Asādhuṁ sādhunā jineJine kadariyaṁ dānena, Saccena alikavādinaṁKalahkan amarah dengan cinta kasih, Kalahkan kejahatan dengan kebajikanKalahkan kekikiran dengan murah hati, Kalahkan kebohongan dengan kejujuran(Dhammapada 17:3)
Pertikaian di zaman modern makin terasa tidaknya hanya secara fisik, tetapi pertikaian di media sosial yang semakin berani. Pertikaian dapat terjadi antara pribadi dengan pribadi atau juga kelompok dengan kelompok. Pertikaian adalah perilaku seseorang/kelompok untuk mengalahkan pihak lain, pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat. Semakin tajam perbedaan mengakibatkan amarah dan rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, meng-hancurkan, atau menyerang pihak lain. Dalam pertikaian antar kelompok atau pribadi umumnya menggunakan isu-isu SARA. Masalah sara ini termasuk agama, budaya, ras, atau adat istiadat.
Sungguh mengerikan jika hidup dalam pertikaian sebab di sana tidak akan menimbulkan ketenangan dan kedamaian. Maka dari itu, Dhamma inilah dapat digunakan untuk mengalahkan pertikaian tanpa menggunakan kekerasan dan permusuhan.
Nafsu Keinginan Indera dan Nafsu pada Pandangan
Menurut Dhamma, dijelaskan bahwa pertikaian secara umum di-sebabkan adanya nafsu keinginan indera dan nafsu pada pandangan. Hal ini pernah ditanyakan oleh Brahmana Aramadanda kepada Y.M. Mahakaccana seperti yang terurai dalam A?guttara Nik?ya kelompok dua (dukanipata).
Nafsu keinginan pada indera penyebab yang pertama, setiap orang memiliki panca indera yang tampak dari luar. Panca indera seperti mata, telinga, hidung, lidah, kulit ini menjadi pintu awal dari nafsu ragawi. Oleh karena itu, setiap orang berusaha untuk memenuhi apa yang diinginkan oleh nafsu inderanya. Jika orang yang tidak bijaksana dan belum terkendali akan panca indera akan mudah terdorong untuk memenuhinya. Apa pun akan dilakukan demi nafsu keinginan indera tersebut, bahkan bertikai akan dilaku-kan demi nafsu indera tersebut tidak peduli dengan siapa dia berhadapan apakah dengan saudara sendiri atau kelompok lain, akan ia lakukan demi kesenangan inderawi tersebut. Orang yang bijaksana yang menyadari bahaya dari nafsu keinginan indera akan berhati-hati dalam memenuhi nafsu keinginan dan penuh pertimbangan jika akan menurutinya.
Penyebab yang kedua adalah adanya nafsu pada pandangan. Pandangan atau pengertian ini terletak di dalam pikiran kita yang berupa konsep-konsep yang tertanam dan diyakini. Ketika pandangan seseorang tidak sama dengan orang lain dapat menjadi bahan awal untuk bertikai dengan yang lain. Perbedaan pendapat dengan orang lain di masyarakat seperti isu sara dapat menjadi tidak suka dengan orang lain dan akan mudah disulut untuk bertikai. Pandangan berbeda itu ada tetapi tidak mungkin, jika kita mengharapkan orang lain sama dengan diri kita. Ada salah satu pernyataan kita tidak dapat mengubah dunia, yang dapat kita lakukan yang pertama adalah mengubah diri kita sendiri. Tetapi jika kita siap menerima cara pikir atau pandangan orang lain, maka tidak akan ada pertikaian, yang ada persaudaraan dan perdamaian dengan yang lainnya.
Kemenangan Tanpa Pertikaian
Sang Buddha menyampaikan dengan menganjurkan untuk mem-praktikkan empat hal ini yang akan membawa menuju pada suasana persahabatan dan hidup saling men-cintai di tengah-tengah masyarakat yang beraneka ragam. Dalam bahasa P??i disebut Sa?gahavatthu, yaitu:
1.D?na (berbagi apa yang kita miliki)
Yang pertama agar pertikaian dapat dikalahkan, kita dapat lakukan dengan berbagi apa yang kita miliki seperti materi, atau juga dapat berbagi berupa perhatian, yang dapat membahagiakan orang lain. Kalau kita sering berbagi apa yang kita miliki, selain menambah jasa kebajikan juga memunculkan persahabatan dan hidup saling mencintai, karena dengan memberi kepada orang lain, tentu orang lain akan senang terhadap diri kita. Memberi maaf kepada orang lain termasuk juga d?na yang dapat kita lakukan, tetapi jarang sekali orang mau memberi maaf kepada orang lain. Padahal pemberian maaf tidak perlu keluar banyak tenaga maupun materi. Perlu diingat bahwa memberi adalah kekuatan yang tidak menghancurkan yang lain dan juga tidak merugikan orang. Apalagi seperti sekarang ini ada sahabat kita yang terkena musibah gempa tentu akan sangat baik sekali jika dipraktikkan.
2.Piyav?c? (berbicara yang menyenangkan)
Dalam pergaulan, berbicara sangat berpengaruh untuk persahabatan dan hidup saling mencintai atau sebaliknya, pertikaian. Jika kita ingin menciptakan suasana persahabatan dan hidup saling mencintai, seyogyanya perlu berhati-hati dalam berbicara. Jangan terlalu menjilat atau terlalu kasar. Hindarkan kata-kata yang menyakitkan, hindarkan kata-kata yang mengandung keserakahan seperti membicarakan harta ke-kayaan milik sendiri pada orang lain. Hindarkan juga kata-kata yang mengandung unsur keakuan. Tetapi jika kita berbicara yang menyenangkan dan apa adanya serta tidak menyinggung orang lain, tentu suasana persahabatan dan hidup saling mencintai dapat diperoleh.
3.Atthacariy? (melakukan hal-hal yang berguna pada orang lain)
Dalam menjalin hubungan yang harmonis hendaknya kita melakukan hal-hal yang bergunapada orang lain. Seperti membantu orang lain yang dalam kesulitan, membantu mengarahkan orang lain menuju kebaikan. Karena dengan ringan tangan banyak orang yang simpati terhadap kita, sehingga menjadi harmonis antara orang satu dengan yang lainnya.
4.Sam?nattat? (ketenangan batin dan tanpa kesombongan)
Dengan memiliki ketenangan batin tentu banyak orang yang senang dengan diri kita. Karena seseorang yang memiliki ketenangan tidak akan menimbulkan pertikaian. Selain itu seseorang yang memiliki ketenangan tidak akan dicurigai orang lain. Tidak sombong terhadap orang lain, ia akan dicintai oleh banyak orang karena orang yang tidak sombong akan membuat ia selalu terkenang di masyarakat sebagai orang baik.
Inilah empat hal yang membawa kemenangan tanpa pertikaian, baik dalam keluarga, pergaulan, maupun dalam sosial kemasyarakatan.
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia
???
Oleh: Bhikkhu Atthadhiro
Minggu, 09 September 2018