Kesejahteraan Dan Kebahagiaan Perumah Tangga
“Cattārome, dhammā kulaputtassa diṭṭhadhammahitāyasaṁ vattanti diṭṭhadhammasukhāya. Katame cattāro?Uṭṭhāsampadā, ārakkhasampadā, kalyāṇamittatā, samajīvita”.“Empat kondisi, untuk kesejahteraan rumah tangga dan kebahagiaan dalam kehidupan ini. Apakah yang empat itu? Rajin dan semangat, penuh hati-hati, persahabatan yang baik, dan kehidupan yang seimbang”.(Dīghajāṇu Sutta, Aṅguttara Nikāya. VIII.54)
Bahagia adalah pilihan, keputusan yang lahir dari hati setiap manusia. Dicari, diperjuangkan dan dinikmati dalam kehidupan ini. Arti kebahagiaan bagi setiap orang memang tak selalu sama karena kebahagiaan sering dipersepsikan sebagai ketercapaian atas sesuatu yang kita inginkan, kesuksesan dan kesempurnaan. Sejatinya, tidak ada kesempurnaan yang bisa membuat kita bahagia, tetapi kebahagiaan yang membuat kita sempurna. Setiap harapan dan kenyataan sebenarnya bisa membuat kita bahagia karena diri kitalah yang bisa menentukan, menjadi sumber, dan merasakan kebahagiaan itu.
Di dalam D?ghaj??u Sutta, A?guttara Nik?ya. VIII.54, Sang Buddha menyatakan ada empat kondisi yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan seorang anggota keluarga dalam kehidupan ini:
1. U??h?nasampad? (rajin dan semangat)
Di sini, seorang anggota keluarga mencari penghidupannya dengan berbagai cara yang dilakukan, seseorang bisa dengan bertani, berdagang, beternak, keterampilan memanah, pelayanan pemerintah, dan keterampilan-keterampilan lainnya. Dengan terampil dan rajin seseorang memiliki penilaian yang baik agar dapat melaksanakan dan mengaturnya dengan benar. Inilah kesempurnaan dalam inisiatif.
2.?rakkhasampad? (penuh hati-hati)
Di sini, seorang anggota keluarga mendirikan perlindungan dan penjagaan atas kekayaan yang telah diperoleh melalui keterampilan dan kegigihan, yang dikumpulkan dengan kekuatan lengannya, diusahakan dengan keringat di dahinya, kekayaan yang benar yang diperoleh dengan benar, dengan berpikir: bagaimana aku dapat mencegah raja-raja dan para pencuri merampasnya, api membakarnya, banjir menghanyutkannya, dan para pewaris yang tidak disukai mengambilnya. Inilah disebut kesempurnaan dalam perlindungan.
3. Kaly??amitta (pertemanan yang baik)
Memiliki teman-teman yang baik dan tidak bergaul dengan orang jahat. Setelah dapat menjaga dan merawat apa yang dimiliki, kita juga hendaknya berteman dengan sahabat yang baik (kaly??amitta). Karena berteman dengan orang yang baik akan membawa dampak yang positif bagi kita. Kita akan terbiasa untuk ikut melakukan hal-hal baik yang dia lakukan. Seperti daun yang dipakai membungkus kayu cendana akan ikut berbau wangi, demikian pula pergaulan dengan orang baik akan membawa dampak positif bagi kita.
4.Samaj?vita (kehidupan yang seimbang)
Di sini, seorang anggota keluarga mengetahui pendapatan, pengeluarannya, dan menjalani kehidupan seimbang. Tidak terlalu boros juga tidak terlalu berhemat. Dengan memahami, pendapatanku akan melebihi pengeluaranku dan bukan sebaliknya. Bagaikan seorang petugas penimbang atau pembantunya, dengan memegang timbangan, mengetahui timbangan akan turun dan timbangan akan naik. Demikian pula seorang anggota keluarga mengetahui pendapatan, pengeluarannya, dan mengetahui hidup seimbang, tidak terlalu boros juga tidak terlalu hemat.
Kekayaan yang dikumpulkan demikian memiliki empat sumber pemborosan: bermain perempuan, bermabuk-mabukan, berjudi, pertemanan yang buruk, pergaulan yang buruk, dan persahabatan yang buruk. Seperti halnya ada sebuah waduk besar dengan empat saluran masuk dan empat saluran keluar. Seseorang menutup saluran-saluran masuk, membuka saluran-saluran keluar, dan tidak turun hujan, maka air dalam waduk tersebut menjadi berkurang dan tidak bertambah.
Kekayaan yang dikumpulkan demikian memiliki empat sumber penambahan: seseorang menghindari bermain perempuan, menghindari bermabuk-mabukan, menghindari berjudi, mengembangkan pertemanan yang baik, pergaulan yang baik, dan persahabatan yang baik. Seperti halnya ada sebuah waduk besar dengan empat saluran masuk dan empat saluran keluar. Seseorang membuka saluran-saluran masuk, menutup saluran-saluran keluar, dan hujan turun dengan cukup, maka air dalam waduk tersebut menjadi bertambah dan bukan berkurang.
Di dalam sutta yang sama Sang Buddha menyatakan ada empat kondisi yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan seorang anggota keluarga dalam kehidupan mendatang:
1. Saddhasampad? (memiliki keyakinan)
Di sini, seorang anggota keluarga memiliki keyakinan, dengan kata lain, percaya pada hal-hal yang dipercayai, seperti mempercayai berbuat baik akan memberikan akibat baik, dan berbuat jahat akan memberikan akibat buruk.
2. S?lasampad? (memiliki moralitas)
Menjaga perbuatan-perbuatan secara jasmani dan secara ucapan dengan baik dan pantas. Seorang anggota keluarga menghindari pembunuhan, menghindari pengambilan barang tidak diberikan, menghindari hubungan seksual yang salah, menghindari berbohong, dan menghindari meminum minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan yang menjadi landasan kelengahan.
3. Cagasampad? (memiliki kemurahan hati)
Memiliki kemurahan hati seorang anggota keluarga dapat memberikan kebahagiaan pada orang lain, pikiran yang hampa dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam melepaskan, menekuni derma, dan bersenang dalam memberi dan berbagi.
4. Pa?sampad? (memiliki kebijaksanaan)
Memiliki kebijaksanaan, karena itu mengetahui hal-hal seperti: apa yang buruk dan apa yang baik, apa yang benar dan apa salah, apa yang tidak berguna dan apa yang berguna.
Kesejahteraan dan kebahagiaan seorang anggota keluarga tercapai, apabila anggota keluarga berusaha dalam pekerjaannya, cermat dalam pengaturannya, seimbang dalam gaya hidup, dan ia menjaga kekayaan yang diperoleh. Dengan memiliki keyakinan, sempurna dalam moralitas, dermawan dan hampa dari kekikiran, dan ia terus-menerus memurnikan sang jalan yang mengarah pada keamanan dalam kehidupan.
Sumber:
- A?guttara Nik?ya, Khotbah-khotbah Numerikal Sang Buddha, Dhammacitta Press. 2015.