Pikiran memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan seseorang. Pikiran yang diarahkan dengan baik akan membawa pada perubahan yang baik untuk kehidupannya. Buddha menyadari tentang betapa luar biasanya kekuatan pikiran. Buddha mengatakan bahwa pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin dan pembentuk. Barang siapa yang berbuat atau berucap dengan pikiran yang kotor, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda kereta yang mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya (Manopubbaṅgammā dhamma, manoseṭṭhā manomayā; Manasā ce paduṭṭhena bhāsati vā karoti vā; Tato naṃ dukkhamanveti cakkaṃ va vahato padaṃ) (Dhp. 1). Barang siapa yang berbuat atau berucap dengan pikiran yang bersih, maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tidak meninggalkan bendanya (Manasā ce pasannena bhāsati vā karoti vā; Tato naṃ sukhamanveti chāyā va anapāyinī) (Dhp. 2)

Dewasa ini dunia sedang dihadapkan pada keadaan krisis cinta kasih. Ujaran kebencian, provokasi, pertikaian, bahkan peperangan yang semakin meningkat memperkuat bukti adanya krisis cinta kasih. Lemahnya cinta kasih ini menyebabkan orang-orang cenderung mudah dikuasai oleh kebencian, emosi, dan amarah. Akibatnya banyak tindakan yang cenderung bersifat merusak dan membahayakan banyak orang. Kalau ini tidak segera ditangani, dunia akan berhadapan dengan keadaan yang semakin memburuk.